Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sukses dari Sisi Gelap: Apakah Dark Triad Jadi Kunci Menuju Puncak Karier?

6 November 2024   20:36 Diperbarui: 6 November 2024   20:48 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Machiavellianisme, atau seni manipulasi, sering kali terlihat di dunia bisnis dan politik. Mereka yang memiliki sifat ini pandai membaca situasi dan mengatur langkah-langkah demi tujuan pribadi. Sebuah penelitian dari Journal of Business Ethics (Belschak, Hartog, & Calo, 2015) menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan Machiavellian lebih cenderung mengambil keputusan-keputusan yang tidak selalu etis, namun dapat menguntungkan mereka di tengah persaingan ketat.

Para peneliti menyatakan bahwa kecenderungan ini memberi keuntungan dalam jangka pendek, namun ada risiko besar dalam jangka panjang: ketika orang lain mulai menyadari sifat manipulatif ini, reputasi dan kepercayaan terhadap individu tersebut bisa anjlok. Kesuksesan yang diraih dengan strategi ini bisa cepat menghilang jika tidak diiringi dengan kepandaian menjaga hubungan jangka panjang.

Psikopati: Berani Mengambil Risiko Besar atau Mengabaikan Etika?

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Psikopati sering dikaitkan dengan pengambilan risiko yang tinggi. Dalam penelitian yang diterbitkan di Personality and Social Psychology Bulletin (Smith & Lilienfeld, 2013), ditemukan bahwa individu dengan kecenderungan psikopati sering kali mampu membuat keputusan tanpa terpengaruh oleh emosi yang menghambat, seperti ketakutan atau keraguan. Ini dapat menjadi keunggulan dalam situasi berisiko tinggi, seperti investasi atau pengembangan produk inovatif.

Namun, kurangnya empati juga dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, di mana karyawan merasa tidak diperhatikan atau bahkan terancam. Akibatnya, banyak organisasi yang enggan mempertahankan pemimpin dengan ciri-ciri ini dalam jangka panjang, karena dampak negatif terhadap moral dan produktivitas tim.

Apakah Kesuksesan dengan Dark Triad Berkelanjutan?

Meskipun dark triad dapat memberikan keunggulan dalam berbagai aspek, apakah kesuksesan yang diraih dengan sifat-sifat ini dapat bertahan lama? Sebuah ulasan dari Academy of Management Journal (O'Boyle, Forsyth, Banks, & McDaniel, 2012) menyoroti bahwa sementara individu dengan karakteristik dark triad sering kali lebih cepat meraih posisi penting, mereka juga cenderung mengalami kesulitan mempertahankan posisi tersebut. Tingkat turnover yang tinggi dan ketidakpuasan rekan kerja menjadi salah satu tantangan terbesar.

Penelitian ini menyarankan bahwa kesuksesan yang berkelanjutan sering kali membutuhkan kecerdasan emosional dan kemampuan berempati---dua kualitas yang sering kali absen pada mereka dengan ciri dark triad. Tanpa kemampuan ini, hubungan profesional menjadi rapuh, dan kesuksesan yang diraih sulit dipertahankan.

Menjaga Keseimbangan: Keuntungan Tanpa Kehilangan Etika

Apakah mungkin mengambil manfaat dari dark triad tanpa mengorbankan integritas? Menurut para psikolog di Harvard Business Review, ada beberapa strategi untuk mengambil sisi positif dari sifat-sifat ini:

  1. Narsisme Seimbang: Percaya diri penting, tetapi tetap perlu adanya kerendahan hati. Menggunakan kemampuan mempromosikan diri tanpa meremehkan orang lain dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang dihormati.
  2. Machiavellianisme yang Etis: Strategi dalam bisnis sah-sah saja, tetapi perlu ada batasan etika yang tidak boleh dilanggar.
  3. Psikopati yang Terukur: Berani mengambil risiko adalah nilai tambah, namun tetap harus mempertimbangkan dampaknya pada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun