Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Burung Unta dan Kepala Ikan Busuk: Menelisik Makna dalam Kepemimpinan dan Respons Publik

21 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 21 Oktober 2024   21:02 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Dalam sebuah pidato yang memicu perhatian publik, Presiden menyoroti dua metafora yang menggelitik: burung unta dan kepala ikan busuk. Bagi banyak orang, metafora ini mungkin terdengar sederhana, tetapi sebenarnya keduanya menyimpan makna yang mendalam terkait kondisi kepemimpinan dan permasalahan yang dihadapi bangsa saat ini. Lewat perumpamaan ini, Presiden ingin menyampaikan pesan kuat tentang bagaimana seorang pemimpin menghadapi tantangan dan masalah yang ada di masyarakat.

Apa makna sebenarnya dari metafora tersebut? Dan bagaimana tanggapan publik terhadap pesan ini? Mari kita bahas lebih lanjut makna dan relevansinya dalam konteks kepemimpinan serta respon publik.

Burung Unta: Simbol Kepemimpinan yang Menghindar

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Burung unta dikenal dengan mitos bahwa ia "menyembunyikan kepalanya di pasir" saat merasa terancam. Meskipun secara ilmiah mitos ini sudah dibantah, burung unta tetap menjadi simbol orang yang enggan menghadapi kenyataan, memilih untuk bersembunyi dari masalah. Dalam konteks kepemimpinan, burung unta menggambarkan para pemimpin yang menutup mata terhadap persoalan-persoalan penting.

Pidato Presiden ini memberikan sinyal bahwa ada kelompok pemimpin yang memilih untuk menghindar dari kenyataan, terutama saat bangsa menghadapi tantangan besar. Pemimpin yang bersikap seperti burung unta lebih memilih untuk menunda keputusan, tidak bertindak saat masalah mulai membesar, dan berharap bahwa masalah tersebut akan selesai dengan sendirinya. Tentu saja, sikap ini berbahaya karena ketidakberanian mengambil tindakan dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang lebih serius.

Ambil contoh ketika pemerintah menghadapi masalah besar seperti korupsi, ketimpangan sosial, atau kegagalan dalam kebijakan publik. Ketika seorang pemimpin memilih untuk menghindar dan menunda penanganan, masalah tersebut hanya akan terus membesar. Pemimpin yang seperti ini cenderung mengabaikan tanggung jawab mereka, membiarkan krisis terus berlarut-larut, dan pada akhirnya merugikan banyak pihak.


Kepala Ikan Busuk: Kepemimpinan yang Korup atau Tidak Efektif

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun