Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Burung Unta dan Kepala Ikan Busuk: Menelisik Makna dalam Kepemimpinan dan Respons Publik

21 Oktober 2024   21:00 Diperbarui: 21 Oktober 2024   21:02 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Metafora kedua, "kepala ikan busuk," sudah lama dikenal dalam bahasa kiasan untuk menunjukkan kerusakan yang dimulai dari pucuk pimpinan. Kepala ikan yang busuk melambangkan bahwa apabila pemimpin rusak atau tidak kompeten, dampaknya akan merusak keseluruhan organisasi atau struktur di bawahnya.

Dalam pemerintahan, pemimpin seharusnya menjadi contoh bagi bawahan. Jika pemimpin bertindak tidak jujur, menyalahgunakan wewenang, atau tidak kompeten dalam menjalankan tugas, maka orang-orang di bawahnya akan terdampak. Korupsi di tingkat tertinggi, misalnya, tidak hanya merusak citra lembaga, tetapi juga menghambat berjalannya sistem pelayanan publik. Rakyat yang seharusnya mendapatkan layanan terbaik justru menjadi korban dari kerusakan ini.

Banyak contoh di mana kerusakan di tingkat atas berpengaruh besar terhadap birokrasi di bawahnya. Ketika kepala lembaga terlibat dalam skandal korupsi, biasanya para staf dan pegawai di bawahnya juga terlibat dalam praktik-praktik yang merusak moral organisasi. Hal ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, di mana tidak ada rasa tanggung jawab atau komitmen terhadap integritas.

Kombinasi Keduanya: Ancaman Ganda dalam Kepemimpinan

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Bagaimana jika kedua metafora ini terjadi secara bersamaan? Jika seorang pemimpin memilih untuk menghindar dari masalah seperti burung unta, dan di saat yang sama, ada kerusakan di puncak kepemimpinan (seperti kepala ikan busuk), maka kita menghadapi ancaman besar terhadap stabilitas pemerintahan atau organisasi.

Pemimpin yang enggan menghadapi realitas dan bersikap pasif terhadap masalah akan memperburuk situasi, apalagi jika kepemimpinan itu sendiri sudah terkontaminasi oleh perilaku yang tidak etis atau korup. Dampak dari kombinasi ini bisa berakibat fatal bagi sebuah negara atau lembaga. Korupsi, ketidakadilan, dan kegagalan dalam penegakan hukum adalah contoh-contoh nyata dari kondisi yang memburuk jika dua masalah ini berjalan beriringan.

Ketika pemimpin tidak berani bertindak dan membiarkan sistem di bawahnya rusak, rakyatlah yang paling merasakan dampaknya. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan hilang, dan butuh waktu yang lama untuk memulihkan kembali rasa percaya itu.

Respons Publik: Apakah Masyarakat Menyadari Krisis Ini?

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pidato ini menimbulkan banyak perdebatan di kalangan publik. Sebagian besar masyarakat menyambut baik pernyataan Presiden yang terbuka tentang masalah-masalah kepemimpinan. Banyak yang melihat ini sebagai langkah berani untuk mengakui adanya kelemahan dalam pemerintahan saat ini. Namun, ada juga sebagian yang meragukan apakah pidato ini akan diikuti dengan tindakan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun