Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Alih Fungsi Lahan: Mengapa Krisis Pangan di Indonesia Bisa Terjadi Lebih Cepat dari Dugaan?

12 Oktober 2024   07:31 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:36 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dugaan Intimidasi dari Pihak-Pihak Tertentu

Di beberapa daerah, terdapat dugaan intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang memaksa petani menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Hal ini terjadi karena petani, terutama di daerah pedesaan, sangat bergantung pada pihak-pihak ini untuk mendapatkan akses ke pasar. Akibatnya, banyak petani yang merasa terjebak dalam situasi yang merugikan. Tanpa adanya akses yang memadai atau perlindungan yang cukup, petani tidak memiliki kekuatan untuk menolak.

Kurangnya Dukungan Pemerintah dalam Harga dan Akses

Dukungan pemerintah juga dirasakan belum optimal oleh banyak petani. Di banyak negara, pemerintah berperan dalam memastikan bahwa petani menerima harga yang layak untuk hasil bumi mereka, baik melalui subsidi atau dengan menjadi pembeli utama produk-produk pertanian. Di Indonesia, sistem ini masih belum berjalan maksimal. Petani sering mengeluhkan bahwa harga yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan biaya produksi, terutama setelah mempertimbangkan harga pupuk yang kian mahal(AhaSlides).

Selain itu, regulasi yang ada untuk melindungi petani dari praktik-praktik perdagangan yang tidak adil sering kali sulit ditegakkan. Pengawasan di lapangan juga sering kali terhambat oleh keterbatasan sumber daya, sehingga banyak petani yang merasa tidak terlindungi dari praktik bisnis yang merugikan mereka.

Dampak Jangka Panjang Terhadap Ketahanan Pangan

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pengurangan luas lahan pertanian secara signifikan, disertai dengan tantangan yang dihadapi petani, berisiko memicu krisis pangan di masa depan. Sebagai negara yang jumlah penduduknya terus bertambah, Indonesia sangat bergantung pada produksi pangan domestik. Jika produksi pangan terus menurun, sementara kebutuhan meningkat, maka ketergantungan pada impor pangan akan semakin besar.

Selain itu, fluktuasi harga pangan global dapat memengaruhi stabilitas ekonomi domestik. Harga pangan yang tinggi di pasar internasional akan berdampak langsung pada harga pangan di Indonesia, yang bisa semakin membebani masyarakat berpenghasilan rendah(voaindonesia). Ketidakstabilan harga pangan ini juga dapat memicu inflasi dan merusak stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Profesi petani juga terancam tidak lagi menarik secara ekonomi. Dengan pendapatan yang tidak sebanding dengan biaya produksi, generasi muda di pedesaan semakin enggan untuk melanjutkan profesi sebagai petani. Jika hal ini dibiarkan, Indonesia tidak hanya akan kekurangan lahan pertanian, tetapi juga tenaga kerja yang diperlukan untuk menjaga produksi pangan(AhaSlides).

Studi Kasus: Karawang dan Bekasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun