Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Krisis Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Saatnya Manajer dan HR Menjadi Solusi

12 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 12 Oktober 2024   06:42 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh nyata terjadi pada sebuah perusahaan di Toronto, di mana seorang karyawan mengalami burnout berat hingga mengalami penurunan performa drastis. Namun, karena kurangnya pelatihan, manajer hanya memberikan teguran tanpa menyadari bahwa masalah utamanya adalah kesehatan mental yang terabaikan(ifebp).

Peran HR yang Minim dalam Membangun Lingkungan Kerja yang Sehat

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Di banyak perusahaan, departemen HR sering kali terjebak dalam peran administratif, tanpa memiliki pengaruh signifikan untuk membangun budaya kerja yang sehat. International Foundation menggarisbawahi bahwa kebanyakan program kesehatan mental yang diterapkan bersifat reaktif, seperti Employee Assistance Programs (EAP), yang hanya diakses saat masalah sudah terjadi(ifebp).

Program-program tersebut umumnya tidak proaktif dalam mendeteksi atau mencegah masalah sebelum membesar. Bahkan, meski HR sudah berusaha memperkenalkan kebijakan fleksibel, budaya perusahaan yang kaku tetap membuat karyawan merasa ragu untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Akibatnya, mereka terus bekerja tanpa istirahat yang memadai hingga mencapai titik kelelahan.

Peran Kritis Manajer dalam Mencegah Burnout

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Manajer tidak sekadar pemimpin tim, tetapi juga penentu utama kesejahteraan psikologis karyawan. Riset menunjukkan bahwa manajer yang secara aktif mendukung kesehatan mental timnya dapat mengurangi tingkat burnout hingga 40%. Sebaliknya, manajer yang tidak peduli berpotensi menggandakan risiko kelelahan mental dalam tim.

Manajer perlu memiliki kepekaan untuk mendeteksi tanda-tanda awal stres, seperti penurunan kinerja, seringnya absen mendadak, atau perubahan perilaku yang tidak biasa. Hal ini membutuhkan pelatihan khusus serta kemampuan untuk menciptakan budaya keterbukaan, di mana karyawan merasa aman untuk berbicara tentang permasalahan mereka tanpa takut akan stigma.

Studi Kasus: Di sebuah perusahaan IT di Amerika Serikat, seorang manajer senior berhasil mengurangi tingkat turnover dalam timnya dengan menerapkan sesi "mental health check-in" mingguan, di mana karyawan bisa berbagi pengalaman tanpa takut dihakimi. Langkah sederhana ini ternyata meningkatkan motivasi kerja dan menurunkan absensi(ifebp).

Strategi Praktis untuk Mengatasi Isu Kesehatan Mental di Tempat Kerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun