Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Algoritma Media Sosial: Apa yang Sebenarnya Mereka lakukan pada Pola Pikir Kita?

8 Oktober 2024   12:48 Diperbarui: 8 Oktober 2024   12:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Tidak hanya berfungsi sebagai penyedia konten, algoritma juga secara perlahan mempengaruhi cara kita memproses informasi. Misalnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA, 2020), pola interaksi di media sosial dapat mengubah cara berpikir pengguna dalam waktu kurang dari 30 hari. Penelitian ini menemukan bahwa pengguna yang terpapar dengan konten negatif secara terus-menerus cenderung mengalami perubahan pola pikir menjadi lebih pesimis dan kritis terhadap diri sendiri.

Fenomena yang serupa terlihat dalam tren politik. Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh tim dari Stanford University pada pemilu AS 2016 menunjukkan bahwa pengguna yang terpapar konten pro-partai tertentu secara konsisten selama satu bulan menunjukkan kecenderungan untuk mengubah preferensi politik mereka, meskipun awalnya mereka tidak tertarik pada politik (Stanford, 2017). Ini menunjukkan bahwa algoritma tidak hanya membentuk pola pikir kita, tetapi juga dapat mengubah pandangan dan kepercayaan yang sudah ada.

Efek ini bahkan lebih nyata pada remaja. Sebuah laporan dari Pew Research Center (2021) menemukan bahwa 70% remaja merasa algoritma media sosial memberikan tekanan untuk tampil "sempurna." Tekanan ini menyebabkan kecemasan sosial yang tinggi, terutama ketika mereka terus-menerus melihat kehidupan "sempurna" orang lain di media sosial.

Mengapa Ini Penting? Risiko Jangka Panjang dari Algoritma

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Dampak terbesar dari algoritma media sosial adalah potensi polarisasi sosial. Di banyak negara, polarisasi ini menyebabkan perpecahan yang nyata dalam masyarakat. Misalnya, algoritma YouTube sering mengarahkan pengguna yang menonton video netral ke video yang lebih ekstrem, baik secara politik maupun ideologis. Fenomena ini dikenal sebagai "radicalization rabbit hole", di mana pengguna yang awalnya hanya menonton berita biasa, akhirnya terpapar konten ekstrem setelah beberapa kali rekomendasi video (Lewis, 2018).

Selain itu, keberagaman pandangan mulai menghilang. Pengguna cenderung terjebak dalam filter bubble yang mereka tidak sadari, dan jarang melihat informasi yang bertentangan dengan pandangan mereka. Ini membuat ruang diskusi menjadi semakin sempit, dan orang lebih sering hanya mendengarkan apa yang ingin mereka dengar.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

1. Membangun Kesadaran Digital:Salah satu cara untuk mengatasi pengaruh algoritma adalah dengan meningkatkan kesadaran digital. Mulailah dengan mengevaluasi konten yang sering muncul di feed dan perhatikan pola-pola yang terbentuk. Apakah kamu benar-benar memilih konten tersebut, atau algoritma yang menentukannya?

2. Diversifikasi Sumber Informasi:Ikuti akun atau kanal yang memiliki sudut pandang berbeda dari yang biasa kamu konsumsi. Misalnya, jika kamu terbiasa membaca berita dari satu sumber, cobalah untuk membaca dari media yang berbeda. Ini akan membantu kamu keluar dari filter bubble dan melihat isu dari perspektif yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun