Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Kampanye Hiburan, Apakah Indonesia Masih Peduli dengan Moralitas Pemimpin?

24 September 2024   08:00 Diperbarui: 26 September 2024   07:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

 Mengapa Kampanye Politik di Indonesia Lebih Fokus Pada Citra daripada Moralitas?

Dalam beberapa dekade terakhir, kampanye politik di Indonesia semakin sering menjadi ajang pencitraan. Banyak pemimpin politik yang tampaknya lebih peduli dengan bagaimana mereka tampil di depan publik daripada mempromosikan gagasan dan moralitas yang kuat. 

Panggung kampanye sering diisi dengan hiburan rakyat seperti konser musik, selebriti, hingga gimmick yang jauh dari adu gagasan substantif. 

Fenomena ini mengundang keresahan, terutama di kalangan pemilih yang ingin melihat perubahan nyata dalam kebijakan dan tata kelola pemerintahan.

Banyak masyarakat yang bertanya-tanya: mengapa kampanye politik lebih fokus pada citra? Apakah ini sekadar cara untuk menarik perhatian pemilih ataukah ada masalah yang lebih mendalam yang sedang kita hadapi?

Elektabilitas Mengalahkan Gagasan

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Salah satu akar masalah utama dari fenomena ini adalah elektabilitas. Elektabilitas merujuk pada seberapa besar kemungkinan seorang kandidat terpilih dalam pemilu, dan ini sering kali didasarkan pada popularitas dan pengaruh media, bukan pada moralitas atau kompetensi intelektual. 

Pemilih di Indonesia, terutama yang berada di pedesaan atau kurang terpapar informasi politik, sering kali terpengaruh oleh visual dan citra seorang pemimpin daripada menganalisis gagasan atau visi yang ditawarkan. 

Ini memberikan insentif bagi politisi untuk lebih memusatkan perhatian mereka pada pencitraan.

Dampak Buruk dari Kampanye Citra

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Ketika pemilih lebih tertarik pada penampilan atau kepribadian seorang kandidat daripada gagasan kebijakan mereka, pemimpin yang dipilih sering kali tidak memiliki kemampuan atau integritas yang dibutuhkan untuk mengelola negara secara efektif. 

Ini berdampak pada kualitas pemerintahan dan kebijakan yang dihasilkan, di mana reformasi substantif terpinggirkan oleh keputusan populis yang hanya bertujuan menjaga elektabilitas. 

Menurut penelitian dalam jurnal Electoral Studies (2021), kampanye politik berbasis pencitraan cenderung mengurangi fokus pada isu-isu penting seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan .

Pendidikan Pemilih adalah Kunci

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Salah satu solusi yang paling realistis dan efektif untuk mengatasi masalah ini adalah meningkatkan pendidikan politik masyarakat. 

Jadi dengan memahami proses politik, pentingnya adu gagasan, serta bagaimana kebijakan dapat mempengaruhi kehidupan mereka, pemilih dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan tidak hanya terfokus pada citra seorang kandidat.

Peran Media dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Media dan LSM memiliki peran besar dalam membantu meningkatkan kesadaran politik masyarakat. 

Kampanye informasi yang lebih mendalam dan edukatif, serta promosi debat publik yang membahas isu-isu kebijakan dengan serius, dapat mendorong pemilih untuk lebih mempertimbangkan kompetensi daripada sekadar penampilan.

Menurut International Journal of Press/Politics (2020), edukasi politik yang baik dapat meningkatkan kualitas demokrasi dan memperbaiki hubungan antara pemilih dan pemimpin .

Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas

Politisi harus lebih terbuka terhadap diskusi gagasan dan bersedia mempertanggungjawabkan tindakan mereka. 

Dengan transparansi yang lebih baik, pemilih akan lebih mudah melihat perbedaan antara politisi yang hanya mengedepankan citra dan mereka yang benar-benar memiliki komitmen terhadap moralitas dan integritas.

Membangun Kesadaran Bersama

Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E
Gambar dihasilkan oleh AI melalui OpenAI's DALL-E

Pada akhirnya, fenomena kampanye politik yang lebih berfokus pada citra daripada moralitas adalah masalah yang membutuhkan perhatian dari semua pihak: politisi, media, LSM, dan masyarakat umum. 

Pendidikan politik yang lebih baik, peningkatan transparansi, serta peran media yang lebih konstruktif, kita dapat bersama-sama membangun demokrasi yang lebih sehat.

Apa pendapat Anda tentang cara kampanye politik saat ini? Apakah Anda setuju bahwa moralitas harus lebih diutamakan dalam pemilihan pemimpin kita? Mari diskusikan bersama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun