Mohon tunggu...
Muhamad Ilham Ardiansyah
Muhamad Ilham Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

SDGs Poin 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak

12 September 2023   16:35 Diperbarui: 12 September 2023   16:53 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tema Esai : SDGs poin 6 

Latar Belakang : Air merupakan salah satu elemen yang krusial untuk menunjang segala aspek kehidupan makhluk hidup. Air juga merupakan salah satu elemen dasar dalam pembentukan kehidupan yang ada di bumi, sehingga terjaganya ekosistem perairan akan turut menjaga persediaan makanan yang produktif bagi seluruh makhluk hidup. Meningkatnya populasi manusia dan semakin meningkatnya pemanasan global menyebabkan berkurangnya ketersediaan air bersih yang ada di bumi. Ketersediaan air bersih merupakan tanggung jawab bersama, sehingga perlu dilakukan tindakan yang tepat agar permasalahan tersebut dapat terselesaikan.

 Mengingat pentingnya akan ketersediaan air yang bersih dan berkualitas, maka peningkatan sistem pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan perlu mendapatkan perhatian yang lebih, pasalnya air dan sanitasi adalah dua kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap adanya aktivitas yang menggunakan air bersih maka pasti ada air yang menjadi limbah. Tidak kurang dari 85% air bersih berubah menjadi air limbah. Sebagai gambaran, apabila satu orang menggunakan 100 liter air perhari untuk minum, mandi, cuci, kakus, maka air yang dibuang menjadi air limbah sekitar 85 liter per hari (Elysia, 2018: 157). Sehingga sistem sanitasi yang layak serta memenuhi standar kesehatan harus segera diterapkan demi mewujudkan kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas.

 Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati dalam Sidang Umum PBB pada September 2015. Tujuan dari terselenggaranya program ini adalah untuk mewujudkan peningkatan ekonomi dalam masyarakat yang dilakukan secara berkesinambungan. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, kualitas lingkungan hidup serta Pembangunan yang inklusif. Sehingga dapat terlaksana suatu tata kelola yang dapat menjaga peningkatan kualitas hidup dari generasi ke generasi. 

Ketersediaan air bersih, pangan dan energi yang menjadi pokok dasar kebutuhan manusia merupakan alasan terciptanya poin ke 6, yaitu air bersih dan sanitasi yang layak. Poin 6 ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk generasi kita dan generasi selanjutnya. 

Esai ini dibuat bertujuan untuk memberikan pandangan atau opini penulis terhadap permasalahan yang terjadi dalam penerapan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin ke-6 yang berkenaan dengan air bersih dan sanitasi yang layak, serta membuka kesadaran pembaca mengenai urgensi dalam mewujudkan air bersih dan sanitasi yang layak. 

Pembahasan 

Berdasarakan data laporan PBB tahun 2020, ada sekitar 2,2 miliar jiwa di dunia yang masih belum mendapatkan akses terhadap air minum yang layak dan aman dikonsumsi. Selain daripada itu, masih ada sekitar 3,4 miliar jiwa yang belum memiliki fasilitas sanitasi yang terkelola dengan baik dan sekitar 1,9 miliar jiwa belum memiliki layanan kebersihan dasar. 

Kemudian berdasarkan data OECD tahun 2019, Proyeksi kebutuhan pendanaan global untuk infrastruktur air berkisar antara USD 6,7 triliun pada tahun 2030 hingga USD 22,6 triliun pada tahun 2050 (OECD, 2019). Biaya tertinggi dikeluarkan untuk infrastruktur di kota-kota (Swilling et al., 2013), khususnya biaya untuk infrastruktur air (OECD, 2019) dan adaptasi terhadap perubahan iklim (Swiss Re Institute, 2021). Rencana tersebut memerlukan perencanaan jangka panjang dan konsisten. 

Melihat dari data tersebut, kita tahu bahwa masih sangat banyak orang dunia yang belum memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi layak, sehingga akan menjadi tantangan yang berat dalam mewujudkan kesejahteraan hidup bagi masyarakat global. Selain itu, biaya yang dibutuhkan juga sangat besar, sehingga harus ada upaya yang lebih dalam pelaksanaannya. 

Tidak adanya ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak akan menimbulkan banyak sekali permasalahan, terutama pada aspek kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Pada aspek kesehatan, dampak yang akan ditimbulkan berupa penyakit menular melalui air yang kotor dan sanitasi yang buruk, seperti kolera, diare dan demam tifoid. Selain itu, tidak adanya ketersediaan air bersih juga akan meningkatkan angka kematian bayi dan anak akibat infeksi dan stunting karena tidak cukupnya air bersih. 

Pada aspek lingkungan, dampak yang akan terjadi adalah tercemarnya air karena aktivitas manusia, penurunan kualitas air tanah, dan rusaknya ekosistem air dan keanekaragaman hayati didalamnya. Pada sosial ekonomi, tidak adanya air bersih dan sanitasi layak akan berdampak pada banyaknya pengeluaran masyarakat untuk mendapatkan pengobatan yang berkualitas, turunnya produktivitas pekerja, dan memperburuk pemerataan ekonomi. 

Peran semua orang dibutuhkan dalam mewujudkan ketersediaan air dan sanitasi layak bagi masyarakat global. Pemerintah dapat memberikan kontribusi berupa penambahan anggaran pembangunan daerah, khususnya terhadap pembangunan sanitasi bersih dan sumber air bagi masyarakat. 

Sektor swasta juga dapat berperan dengan memberikan dukungan berupa materi dan non-materi dalam pembangunan fasilitas tersebut. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas air dan menjaga fasilitas sanitasi. Selain itu, kerjasama aktif negara-negara internasional juga diperlukan dalam mewujudkan ketersediaan air bersih dan sanitasi layak bagi masyarakat global. 

Salah satu negara yang berhasil dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi layak adalah negara Rwanda. Rwanda tercatat telah berhasil mengurangi akses terhadap air kotor dari yang sebelumnya berkisar 70% pada tahun 2000 menjadi sekitar 40% pada tahun 2017. Keberhasilan tersebut dikarenakan adanya investasi infrastrukur, program edukasi masyarakat, dan pengembangan sumber air bersih yang mereka lakukan. 

Kesimpulan

Air bersih merupakan elemen penting bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi, sehingga ketersediaan air bersih dan pengelolaan sanitasi yang layak diperlukan dalam mewujudkan peningkatan kualitas hidup manusia didalamnya. Tantangan dalam mewujudkan tujuan tersebut pasti ada, sehingga diperlukan adanya peran bersama dalam upaya yang dilakukan. 

Daftar Pustaka 

Stef H.A. Koop, Chloe Grison, Steven J. Eisenreich, Jan Hofman, Kees van Leeuwen, "Integrated water resources management in cities in the world: Global solutions" ScienceDirect, November 2022, diunduh pada 12 September 2023.

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210670722004504 

Anih Sri Suryani, "Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19" jurnal.dpr.go.id, 2 Desember 2020, diunduh pada 12 September 2023 

https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/download/1757/pdf 

Friska Cahya, Ullya Vidriza, "Pengelompokan Provinsi Prioritas di Indonesia Guna Menilai Efisiensi Proporsi Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Sanitasi dan Air Minum Tahun 2020", JSDS, 2 September 2022, diunduh pada 12 September 2022

 https://jurnal.ugm.ac.id/v3/JSDS/article/view/501

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun