Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Limbah Elektronik, Ancaman Nyata yang Masih Terabaikan di Lingkungan Pesisir dan Laut

26 Desember 2024   14:24 Diperbarui: 27 Desember 2024   08:36 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah buangan di sungai berdampak sampai ke pesisir dan laut (Sumber: Koleksi foto pribadi, 2024)

Saat ini, diskursus tentang daur ulang limbah elektronik sangatlah penting, hal ini diperlukan mengingat kebutuhan perangkat elektronik telah bermetamorfosis menjadi barang dengan kebutuhan primer khususnya pada komunitas masyarakat menengah ke atas.

Dinamika itu terkonfirmasi dengan banyak ditemui barang elektronik dikonsumsi hampir setiap rumah, mulai dari kota sampai desa, perhotelan, warung makan mewah atau sederhana, kapal, mobil, pesawat, bahkan yang paling banyak dijumpai adalah handphone telah menjadi konsumsi umum yang tidak dapat dihindari di zaman milenial hingga gen Z.

Produksi peralatan elektronik juga meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.

Dari segi perekonomian, hal ini tentu positif. Namun ada juga kekhawatiran yang perlu diperhatikan, yaitu masalah sampah elektronik atau "E-waste".

Global E-garbage Monitor memperkirakan bahwa >53,6 juta ton sampah elektronik telah dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 2023.

Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 110 juta ton pada tahun 2050, sungguh mencengangkan ya? Dan ironisnya, hanya 20% dari gadget usang yang didaur ulang pada tahun 2018.

Semakin meningkatnya jumlah sampah elektronik, membawa kabar buruk, karena sampah ini tergolong dalam jenis sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Umumnya limbah elektronik mengandung PCB (Printed Circuit Board) mengandung logam berat seperti Cr, Zn, Ag, Sn, Pb dan Cu. Selain itu terdapat pula CRT (Chatoda Ray Tube) yang mengandung oksida logam.

Sampah elektronik juga mengandung bahan kimia berbahaya seperti litium, timbal, nikel, merkuri dan berbagai bahan berbahaya lainnya.

Secara umum pengertian Electronic Waste atau yang lebih dikenal dengan Limbah Elektronik merupakan barang-barang elektronik atau listrik yang sudah memasuki masa akhir pakai dan siap digantikan dengan barang-barang baru yang lebih canggih dan berkualitas.

Limbah elektronik termasuk sebagai salah satu jenis limbah yang pertumbuhannya sangat cepat dari segi kuantitas ataupun tingkat bahannya. Jenis limbah ini terbagi menjadi limbah elektronik kering dan limbah elektronik basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun