Usia bumi saat ini kurang lebih 3.5 -- 4 milar tahun, namun kitab-kitab tertua umat manusia awal yang tercatat dan menjadi dokumen outentik juga sering kali juga menjadi konspirasi, memberikan informasi bahwa pada periode waktu sebelum 12 ribu tahun lalu dan bahkan jauh sebelumnya, diketahui bahwa bumi sudah ditempati oleh makhluk lain sebelum manusia (Nabi Adam), penguhuni bumi tersebut telah menempati alam ini, secara silih berganti, namun banyak di antara mereka membuat kerusakan dan pertumpahkan darah (Saihu, 2019; QS. Al Baqarah Ayat 30-33). Pernyataan banyak diantara mereka, menjelaskan bahwa tidak semua berperilaku buruk melainkan tersirat makna bahwa ada kelompok yang baik namun kebanyakan mereka berperilaku jahat dan merusak. Dari pandangan ini dapat kita integrasikan bahwa manusia membentuk peradaban bukan dengan agama, tetapi dengan adat dan budaya yang didalamnya mendeskripsikan tentang keyakinan kepada Pencipta Alam Semesta (Tuhan).
Indonesia yang kaya dengan berbagai latar berlakang sejarah, tradisi, suku, bangsa, budaya dan adat yang tersebar di seluruh Nusantara tentu dapat menjadi alasan kuat bahwa negara ini merupakan induk peradaban dunia. Fenomena ini akan terus mengemuka dari waktu ke waktu seiring dengan semakin besar dan terkenalnya Indonesia di mata internasional. Tuhan tentu memiliki cara tersendiri yang bisa saja di luar dari kekuasaan setiap makhluk untuk membuka kebenaran tentang peradaban Indonesia suatu waktu, "nol harus kembali ke nol" dari titik awal akan kembali ke titik awal untuk menjadikan suatu objek berbentuk.
Berdasarkan kontekstual itu maka Indonesia sebagai awal peradaban manusia lahir bersamaan dengan kebudayaan, memiliki cipta dan rasa yang sejatinya adalah mewakili akal dan kalbu (hati), lalu kemudian dalam perkembangannya membentuk keyakinan secara spiritual, diatur dan dilegitimasi dalam bentuk agama, dengan tujuan agar manusia memiliki pandangan dan pegangan selama menjalani kehidupan di bumi. Peradaban manusia di masa mendatang akan penuh dengan segala tantangan dan semakin rumit, sehingga diperlukan agama melalui utusan Tuhan yang diturunkan. Dengan agama maka orang memiliki dasar berkeyakinan dan kemudian dapat hidup secara teratur sesuai petunjuk-petunjuk spiritual, yang tidak lain didesain untuk menangkal perubahan paradigma manusia yang mulai terkikis perlahan bergeser dari zaman penciptaan manusia awal (imfb).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H