Proses sedimentasi akan sangat ditentukan oleh kecepatan arus air, kekuatan angin, tingkat kemiringan tanah, elevasi daratan, juga pada kasus sedimen di pesisir sangat bergantung pada, arus laut, gelombang dan pasang surut laut.
Perlu dipahami bahwa proses sedimentasi juga berlangsung secara periodik mengikuti pola siklus angin musim (monsun) yang berkembang di Indonesia.Â
Sedimentasi juga ditentukan arah tiupan angin barat dan timur, siklus tiupan angin ini akan berpengaruh pada pola dan arah gelombang, arus dan pasang surut laut, artinya bahwa pola siklus sedimentasi yang terjadi di pesisir dapat berganti sesuai perubahan musim.
Kemampuan proses sedimentasi akan menurun seiring semakin lemahnya faktor pendorong sedimentasi tersebut dan umumnya mencapai akhir pada wilayah yang semi tertutup dan terlindungi dari aktivitas hidrologi dan oseanografi.
Proses sedimentasi tidak hanya dapat ditemui pada wilayah muara sungai, melainkan juga terdapat di tepian danau, waduk dan rawa yang dikenal dengan sebutan sedimentasi Fluvial.
Sedimentasi fluvial terjadi kerena material yang diangkut dan diendapkan berasal dari air sungai, danau waduk dan rawa atau dengan kata lain terjadi pada perairan darat.
Proses ini umumnya ditemui pada wilayah perairan yang memiliki daratan relatif rendah dan berbentuk cekungan, biasanya karekteristik sedimen semakin ke hilir butirannya semakin halus.
Sedangkan sedimentasi laut (marine), sesuai penamaannya proses ini merupakan hasil pelapukan material, biasa terjadi di laut menuju ke arah pantai.Â
Material yang diendapkan berupa bahan yang tidak larut di air, seperti batu, partikel tanah, lempung dan material vulkanik bahkan pada kasus tertentu material ini dapat berasal dari luar bumi seperti pecahan meteor dan benda asteroid lain yang pernah mencapai bumi.
Sedimentasi marine juga bertanggung jawab terhadap pembentukan bentang alam, seperti pesisir, tombolo, jurang laut, gua laut, lengkungan laut, dan bukit pasir di pesisir.