Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pendekatan Citizen Science dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut

30 Juli 2024   12:15 Diperbarui: 30 Juli 2024   12:17 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami Kawasan Konservasi Laut (KKL) perlu dilakukan secara komprehensif dan holistik, hal ini berkaitan dengan upaya pengelolaan sekaligus pemanfaatan keanekaragaman hayati pada kawasan laut yang dilindungi. Kawasan ini merupakan bagian dari wilayah laut yang dilindungi berdasarkan zonasi, sesuai batas dan aturan tertentu terkait aktivititas yang berlangsung di dalamnya. 

Dalam melaksanakan mekanisme perlindungan itu, terdapat ketentuan yang disepakati dan diatur secara resmi/tertulis maupun tidak tertulis berdasarkan kesepahaman nilai-nilai adat maupun budaya lokal yang mengikat setiap komponen dalam kawasan untuk melakukan upaya perlindungan sumberdaya laut. 

Selain memiliki batas dan aturan yang jelas dalam mengatur zonasi pemanfaatan ruang dalam eksplorasi sumberdaya seperti; zona penangkapan dan budidaya ikan, industri, pertambangan, migas, transportasi laut dan pariwisata bahari. Kawasan Konservasi Laut beraviliasi dan mewakili suatu zona tertentu dalam kawasan laut dengan nilai ekosistem, keanekaragam hayati dan adat budaya yang tinggi, seperti; menjadi habitat biota laut endemic, ruaya mamalia laut, tempat bertelur spesies terancam punah menjadi tempat dengan sejarah budaya tertentu yang dipercaya oleh masyarakat local kesakralannya dan telah berlangsung dalam kurun waktu yang lama.  

Selain pengetahuan ekologi, pemahaman dalam konteks sosial dan budaya pada Kawasan Konservasi Laut merupakan bagian penting yang perlu dilakukan, hal ini karena masyarakat lokal dalam kawasan merupakan faktor kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. 

Keberadaan masyarakat lokal sebagai pemilik dan pemanfaat sumberdaya umumnya telah lama terjalin, harmonisasi sosial dan ekologi menjadi hubungan yang erat antara lingkungan sosial dan ekosistem sebagai penyedia jasa sumberdaya alam bagi masyarakat di sekitar kawasan. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat ketidak harmonisan (mismatch) yang sering terjadi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Hal ini terjadi pada semua level mulai dari birokrasi sampai masyarakat lokal. Pemahaman keliru saat tidak menyertakan masyarakat lokal dalam penyusunan program sering kali memunculkan rasa skeptis untuk menjauh, tidak melibatkan diri, masa bodoh bahkan berpotensi memicu konflik secara luas.

Karakteristik landscape pesisir dan laut yang unik, Sumber foto; Koleksi pribadi, 2024
Karakteristik landscape pesisir dan laut yang unik, Sumber foto; Koleksi pribadi, 2024

Pemahaman dan literasi masyarakat tentang ekosistem pesisir dan laut masih relatif lemah, untuk itu upaya perlindungan terhadap keanekaragaman hayati pesisir dan laut memerlukan perhatian dan memainkan peran penting dalam advokasi. 

Mengupayakan perubahan perilaku dan mengubah paradigma lama tentang anggapan sumberdaya alam merupakan warisan Nenek Moyang secara turun temurun dan mengembalikan pemahaman bahwa sumberdaya alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga untuk kehidupan generasi mendatang harus terus diedukasi secara bertahap, melalui upaya mitigasi kerusakan ekosistem dan langkah-langkah pengelolaan secara berkelanjutan. 

Melibatkan pemangku kepentingan merupakan tugas penting dalam memastikan efektivitas konservasi wilayah laut dan pesisir. Ini penting ketika mencoba mendorong keterlibatan masyarakat dengan gagasan pemeliharaan dan/atau melindungi spesies yang terancam punah atau penting.

Pendekatan Citizen science dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut saat ini menjadi solusi yang relevan. Wisatawan yang berkunjung pada suatu destinasi wisata dalam kawasan tertentu yang memiliki kecenderungan sebagai kawasan konservasi atau memiliki nilai ekosistem dengan keanekaragaman hayati laut yang tinggi dapat mejadi kontributor yang membantu melakukan edukasi, sosialisasi dan promosi terhadap perlindungan sumberdaya laut dalam kawasan tersebut. 

Pada prinsipnya Citizen science adalah bentuk partisipasi publik (wisatawan, masyarakat lokal, mahasiswa, komunitas masyarakat tertentu atau siapa saja secara personal maupun kelompok) dalam memberikan informasi terhadap karakteristik ekologi dan sosial budaya juga potensi sumberdaya alam pada suatu lokasi (dapat berupa objek/destinasi wisata, perilaku sosial dan budaya masyarakat/komunitas tertentu) sebagai upaya edukasi dan mendukung perkembangan ilmu penegatahuan.  

Input yang bersumber dari citizen science diberikan melalui pembelajaran sosial yang diperoleh secara insitu dari proses perjalanan/kunjungan yang dilakukan sebelumnya. Konsep ini dapat menjadi solusi konkrit secara komprehensif karena menawarkan kesempatan bagi masyarakat untuk membangun dan menyebarkan pengetahuan, memaparkan dan menghubungkannya, melalui berbagai media seperti; karya seni dalam bentuk gambar dan foto dokumentasi, tulisan/opini dimedia masa populer yang menjelaskan fungsi ekosistem laut dan dampak buruk yang terjadi jika kerusakan laut terus mengalami peningkatan. Pendekatan ini turut menyediakan data yang dapat diandalkan dan digunakan untuk menginformasikan pengelolaan KKL. 

Survei sumberdaya pesisir dan laut Kepulauan Manyaifun Raja Ampat. Sumber foto; Koleksi pribadi, 2023
Survei sumberdaya pesisir dan laut Kepulauan Manyaifun Raja Ampat. Sumber foto; Koleksi pribadi, 2023

Selain itu pendekatan Citizen science dapat dilakukan melalui pemanfaatan alat sosialisasi virtual dan visual. Hal ini dimaksudkan untuk menghubungkan ruang pengetahuan antara kondisi ril lokasi dengan masyarakat lain/publik, yang sebelumnya sulit diperoleh karena keterbatasan informasi, konektivitas ini diperlukan untuk memperkuat analisis yang akan dibuat. 

Penggunaan virtual StoryMaps, website, virtual pameran pagelaran seni nyata (tarian, opera, teater dll) juga alat visual (selebaran, pembatas buku, stiker, film dan kreativitas visual lainnya) memiliki efektivitas yang baik jika digunakan secara kolektif, karena memungkinkan kita untuk mengembangkan pesan yang jelas dan kuat tentang perlindungan dan keanekaragaman sumberdaya dalam Kawasan Konservasi Laut. 

Penggunaan media virtual dan visual pada konsep perlindungan KKL melalui pendekatan Citizen science paling tidak dapat difungsikan dalam lima peran yaitu; 1). Sebagai media pembelajaran sosial; jika diintegrasikan maka dapat, 2). Menghasilkan kepercayaan dan pemahaman bersama; 3). Memfasilitasi pertukaran pengetahuan; 4). Mendorong partisipasi yang lebih luas pada semua kalangan, dan 5). Realisasi kolektif terhadap pemahaman Kawasan Konservasi Laut akan menyetuh lapisan masyarakat secara luas, pada akhirnya luaran yang diharapkan bersama akan lebih mudah diwujudkan. Penggunaan berbagai bentuk visual secara bersamaan dan dalam jangka waktu yang lama, diharapkan dapat mendorong meningkatkan partisipasi secara simultan dan berkelanjutan oleh para pemangku kepentingan dari waktu ke waktu (imfb).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun