Mohon tunggu...
Ilham Marasabessy
Ilham Marasabessy Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen/Peneliti

Belajar dari fenomena alam, membawa kita lebih dewasa memahami pencipta dan ciptaannya.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Ekonomi dan Bisnis Mendukung Indonesia Emas 2045

19 Juli 2023   17:47 Diperbarui: 19 Juli 2023   17:48 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang manajer sebuah perusahaan bisnis akan menghadapi berbagai masalah dalam pekerjaan sehari-harinya. Masalah-masalah ini dibagi menjadi dua jenis. Jenis masalah pertama terkait dengan masalah dalam perusahaan bisnis dan jenis masalah lainnya terkait dengan masalah lingkungan sekitar perusahaan. Masalah tersebut dikenal sebagai masalah operasional atau internal dan masalah lingkungan atau eksternal. Masalah Operasional merupakan masalah internal yang dihadapi dan wajib diselesaikan oleh seorang manajer perusahaan. Masalah itu dapat berupa teknis operasional bisnis yang dijalankan, diantaranya seperti lingkungan sosial, ekonomi dan politik, situasi yang ada di bidang produksi, pendapatan, pekerjaan, harga, tabungan dan investasi, lembaga keuangan seperti bank, perusahaan keuangan, asuransi perusahaan, tren dalam ekonomi bisnis internasional, termasuk jenis sistem ekonomi yang berkembang dalam suatu wilayah dan permasalahan ekonomi bisnis eksekutif lainnya.

Masalah-masalah tersebut juga mencakup kondisi yang berlaku di pasar tenaga kerja dan pasar modal, kebijakan pemerintah, kebijakan industri, koperasi konsumen kebijakan moneter dan lain sebagainya. Lingkungan politik terkait dengan kondusifitas, atsmosfer politik, dan dinamika kegiatan negara dan warganya. Masalah eksternal atau lingkungan dalam ekonomi bismis terkait dengan Makro-Ekonomi. Dengan demikian, ruang lingkup pendekatan ini juga meliputi bidang mikro dan juga makro. Berbicara mengenai masalah eksternal dalam pendekatan ini, tentunya tidak bisa dipisahkan dari prespektif ekonomi bisnis internasional. Ekonomi bisnis internasional pada dasarnya juga memanfaatkan metode yang berkaitan dengan analisis dasar yang sama dengan cabang-cabang ilmu ekonomi lain. Hal tersebut jelas disebabkan karena motif dan perilaku baik itu individu maupun perusahaan dalam sebuah bisnis internasional sama dengan perdagangan yang dilakukan secara lokal. Satu hal yang membedakan antara pendekatan biasa ini dengan ekonomi bisnis internasional hanyalah permasalahan yang terkait dengan bisnis itu melibatkan hubungan ekonomi antara negara yang satu dengan negara yang lain. Hal seperti itu akan membentuk setidaknya 3 hubungan yang berbeda walaupun ketiganya memiliki konektivitas, seperti berikut:

1. Bentuk hubungan ekonomi bisnis pertukaran hasil 

Contohnya bisa dilihat dari praktek ekspor Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia dan praktek impor SDA yang berasal dari negara lain dan kemudian masuk ke Indonesia. Pertukaran hasil atau dalam hal ini juga disebut dengan output tidak hanya sebatas barang saja, melainkan jasa ikut pula di dalamnya yang terbukti dari pertukaran tenaga kerja kasar (rough labor), tenaga kerja ahli (expert workforce), konsultan (consultant), Dosen (lecturer) hingga wisatawan (tourism) antara Indonesia dengan negara-negara lain.

2. Bentuk hubungan pertukaran aliran sarana produksi

Bentuk pendekatan kerjasama dalam konsep ini bisa dilihat dari contoh adanya tenaga kerja Indonesia yang bekerja di negara lain, begitu pula tenaga kerja luar negeri juga memiliki kesempatan bekerja di Indonesia. Penyebab tenaga kerja bekerja bukan di negaranya sendiri dapat dilatar belakangi oleh beberapa alasan, seperti karena faktor imbalan (gaji) yang lebih tinggi di negara lain, adanya program bantuan luar negeri, hingga ada yang disebabkan karena faktor darurat/terpaksa seperti ancaman perang dan lain sebagainya. Ada bermacam-macam aliran sarana produksi yang dapat ditukarkan antara negara satu dengan seperti tengaka kerja (human) dan sumberdaya alam dapat diperbaharui (renewable resources) juga sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (Nonrenewable resources), namun perlu diketahui bahwa Tanah (land) dalam status kepemilikan hak milik/pengguna (ulayat) yang juga merupakan salah satu sarana produksi sejatinya menjadi aset inventarisasi yang tidak dapat mengalir ke negara lain karena tanah bersifat terikat pada lokasinya, meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya alam yang terkandung dalam tanah hingga saat ini masih mengalir ke negara lain, untuk itulah pentingnya penerapan konsep HILIRISASI sumberdaya alam dalam negeri untuk menjamin kekayaan alam Indonesia tidak berpindah ke luar negara.

3. Bentuk hubungan pendekatan ini terkait hutang piutang

Sama halnya dengan hubungan ekonomi yang melibatkan individu, maka dalam ekonomi bisnis internasional baik itu yang dilakukan pemerintah ataupun antar perusahaan tentunya juga masih akan terkait dengan hutang piutang. Umumnya, terjadinya hutang
piutang ini disebabkan karena adanya hubungan perdagangan serta bentuk hubungan aliran sarana produksi yang sudah dijelaskan di atas. Contohnya seperti ada perusahaan Indonesia yang mengimpor mesin giling ke Jepang dengan proses penjualan secara kredit
maka hubungan bisnis tersebut secara langsung akan menimbulkan terjadinya hutang piutang. Begitupun sebaliknya, jika misalnya ada perusahaan Amerika Serikat yang mengekspor gandum ke Indonesia dengan proses penjualan secara kredit, hal seperti itu
juga akan langsung menimbulkan hutang piutang. Suatu negara layak disebut sebagai negara makmur jika negara tersebut benar-benar hanya bergantung pada harta sumber daya alam yang dimilikinya, dan disaat yang sama negara tersebut juga tetap berusaha
meningkatkan kemakmuran dengan cara memiliki kebijakan untuk mulai membatasi eksport sumberdaya alam, merencakan eksport bahan dan material pendukung industri dalam negeri saja dan menekan  impor bahan baku dan barang jadi. Dalam prespektif ini sebenarnya pola bisnis yang dipakai dalam transaksi ekonomi terkait kebutuhan barang dan material masih menggunakan cara konvensional namun bagi negara berkembang hal ini cukup produktif untuk tetap bersaing dalam bisnis global. Dimana cara yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan tadi dengan cara barter dan manfaat yang dirasakan sangat besar. jika konteks ini diinterpertasikan dalam usaha bisnis lokal (skala kecil), Contoh sederhana yaitu pembagian kerja menurut jenis kebutuhan, dalam hal ini satu keluarga mengkhususkan produksi satu jenis barang saja. Pengkhususan inilah yang disebut spesialisasi. Semakin banyak jumlah kebutuhan, maka memungkinkan semakin luas/bertambah specialisasi tersebut. Dalam perjalannya sistem pembayaran barter kemudian perlahan mulai digantikan dengan pembayaran melalui alat tukar (uang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun