Pendidikan dan ekonomi selalu menarik untuk dibahas, salah satu teori menyatakan bahwa jika tingkat ekonomi masyarakat tinggi, maka tingkat kemampuan mereka untuk memperoleh atau lebih tepatnya membeli pendidikan menjadi lebih tinggi.Â
Pendidikan menjadi hal yang sangat penting didapatkan oleh setiap orang, sebab sebelum terjun kedunia ekonomi, politik dan hal-hal lainya pendidikan adalah hal yang paling pertama harus dimiliki oleh setiap orang, jika tidak berpendidikan maka siap siap saja dikucilkan bahkan tidak dianggap dikalangan masyarakat.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta semakin penting dan dibutuhkannya pendidikan, menyebabkan hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkan pendidikan itu.
Sungguh aneh, Bukankah tugas negara adalah mencerdaskan bangsa, Lantas mengapa kita dibatasi ketika hendak mendapatkan pendidikan? Mengapa hanya orang yang memiliki banyak uang yang bisa mendapatkan pendidikan yang baik, sementara orang yang tidak mempunyai biaya hanya bisa menatap tanpa bisa menyantap pendidikan yang baik.
Mungkin benar adanya yang dikatakan oleh Toto Raharjo dalam bukunya Sekolah Biasa Saja bahwa "Dunia pendidikan yang seharusnya dibangun dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kebijaksanaan kini mulai disusupi oleh nilai-nilai komersial".
Pendidikan, terkhususnya dipelosok-pelosok harusnya mendapatkan perhatian yang lebih besar, sebab ada banyak hal yang perlu dibenahi. Seperti akses untuk menuju ke tempat tersebut ataupun sarana yang mereka gunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Saat ini kami sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di salah satu desa yang bertempat di Enrekang, sebuah desa yang terletak diseberang sungai yang sehari-hari utuk masuk ataupun keluar dari tempat tersebut harus mengakses jembatan yang sangat menguji adrenalin ketika hendak menyebrang, sebab jembatan yang panjang itu hanya bisa diakses dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, sementara untuk orang yang menggunakan kendaraan roda empat hanya bisa sampai di tepi jembatan lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor bahkan ada yang harus berjalan kaki.
Sama halnya ketika kami pertama kali tiba, disebabkan akses kendaraan yang terbatas serta kendaraan yang juga terbatas, saya bersama seorang kawan yang telah menunggu kedatangan kami harus kembali tiga sampai empat kali untuk menjemput teman-teman menggunakan kendaraan bermotor.
Kedatangan kami disambut dengan sangat baik oleh masyarakat, sering kali mereka datang dan menanyakan hal-hal apa saja yang kami butuhkan, sungguh masyarakat yang ramah gumamku dalam hati. Namun, seperti halnya dirimu, cuaca di tempat ini sulit untuk ditebak, kadang ditengah teriknya matahari tiba-tiba saja tanpa aba-aba hujan turun dengan deras. Itulah yang terjadi beberapa hari yang lalu saat kami hendak pulang dari sekolah setelah selesai mengajar, dibawah teriknya matahari hujan turun tanpa memberikan aba-aba hingga membuat kami basah.Â
Mungkin karena disebabkan perubahan cuaca yang tidak menentu dan tubuh yang tidak mampu beradabtasi dengan kegiatan yang kami lakukan membuat salah seorang kawan kami harus terbaring sakit. Jangan sakit, teruslah sehat dan berbahagia. Sakit itu sepi, menyakitkan dan tentu saja mahal. kataku dengan nada gurauan disertai tawa.
Setiap hari kami harus menempu akses yang lumayan jauh disertai jalan yang lumayan menguras tenanga. Melelahkan, sering kali tanpa sadar kata itu tergumam dikepala, namun bagaimana dengan yang sudah bertahun-tahun bahkan berpuluh-tahun melakukan kegiatan itu setiap harinya, belum lagi yang bertempat tinggal diluar desa tersebut tentu lebih menguras tenaga lagi, tapi mereka tak pernah mengeluh bahkan kegiatan itu mereka lakukan dengan suka cita.