Mohon tunggu...
Ilham Failunnazza
Ilham Failunnazza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Cukup suka dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tarian Hak-hakan sebagai Warisan budaya dari Desa Tegalombo

5 Mei 2023   17:53 Diperbarui: 5 Mei 2023   18:09 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Tarian hak-hakan", rasa syukur atas keselamatan masyarakat dusun kaliyoso

 

Berbicara wonosobo, suatu kabupaten yang berada di jawa tengah dimana arti kata wonosobo berasal dari Bahasa jawa yaitu Wanasaba yaitu "tempat berkumpul di hutan". Daerah ini memiliki banyak sekali kebudayaan dan adat istiadat di daerahnya salah satunya yaitu kesenian Tarian hak hakan yang berasal dari kaliyoso, Desa Tegallombo Kabupaten wonosobo.

Menurut penuturan warga asli kaliyoso, berdasarkan pengakuan dari generasi ke generasi. Tari hak-hakan merupakan salah satu tarian yang berasal dari peninggalan nenek moyang kaliyoso.

Melihat sejarah kebelakang, sebenarnya tarian ini sudah ada sebelum masuknya islam di Indonesia, teoatnya saat masih masa kejayaan kerajaan hindu dan budha. Pada masa itu tarian hak-hakan masih bersifat tarian yang dilakukan oleh warga setempat, namun untuk catatan resminya tarian ini tercipta pada tahun 1921. 

Tarian ini memiliki filosofi terbentuknya dusun kaliyoso dimana saat itu masyarakat membuat selokan budha untuk mengaliri persawahan dan sebagai penghidupan masyarakat setempat, lambat laun masyarakat membangun rumah atau gubuk disepanjang selokan tersebut hingga akhirnya membentuk sebuah dusun perkampungan yang dinamakan dusun kaliyoso. Karena rasa syukur dan semangat gotongroyong terbentuknya perkampungan kaliyoso serta rizqi yang diberikan tuhan kepada manusia untuk menunjukan rasa syukurnya. Masyarakat setempat melakukan tarian hak-hakan.

Tarian hak-hakan menurut warga berarti orang kaliyoso mempunyai hak. Hak hidup, bermukim, dan bercocok tanam di dusun kaliyoso. Sebelum melakukan tarian ini, penari akan melakukan suatu ritual yang sakral dimana meminta keselamatan dan kelancaran dalam melaksanakan tari hak-hakan.

Selain tarian hak-hakan masyarakat Ketika menunjukkan rasa syukurnya mengadakan pagelaran wayang kulit dengan cerita yang sudah pakem atau tetap sejak dulu dimana penuh kesakralan.

Kesenian ini dulunya hanya sebagai kegiatan selamatan bumi hingga sekarang ini sebagai bentuk mujahadah kepada Allah SWT  atas keselamatan warga kaliyoso. Kegiatan ini biasanya akan diadakan pada malam minggu setiap tahunnya. Hingga sekarang ini rangkaian acara berkembang tidak hanya tarian dan pagelaran wayang namun juga terdapat kegiatan karnaval.

Tarian ini berubah seiring dari berubahnya budaya dan ajaran masyarakat, dari awalnya kenal nuansa hindu budha hingga penuh nuansa keislaman untuk sekarang ini.

Sebelum melakukan tari hak-hakan, akan diadakan tari tayub. Sebagai penghormatan masyarakat terhadap sesepuh kaliyoso. Masyarakat akan menaruh semacam sesaji di beberapa tempat salah satunya mutuk mataram yang dianggap tempat paling sakral. Mutuk ini merupakan peninggalan kerajaan mataram dimana mutuk ini sebenarnya merupakan sebuah telaga dimana airnya mengalir deras dimana menurut cerita orang terdahulu alirannya merupakan tembusan dari surodilugo dari gunung sindoro hingga menembus ke sumiasih yang berdiri beringin besar.

Selain keseniannya, kaliyoso juga memiliki sejarah yang sangat luar biasa. Disalah satu tempat terdapat batu besar yang merupakan petilasan dari mbah kyai egrang jaya salah satu tokoh di masa lalu yang sangat dihormati masyarakat kaliyoso.

Pada beringin yang tumbuh besar dikaliyoso menurut penuturan warga merupakan tempat hidup Nyi rantam sari dan nyi rantam kenanga. Sosok ini sampai saat ini masih menampakkan dirinya dengan penampakan Wanita cantik yang membawa paying dimana hanya orang bukan warga asli kaliyoso yang dapat melihatnya. Beliau merupakan sosok yang melindungi dusun kaliyoso terutama menurut mitosnya memberikan pertolongan dan perlindungan bagi Wanita kaliyoso yang masih perawan agar terhindar dari hawanafsu dan kejahatan seorang laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun