Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Kaum muslim diharuskan membacanya karena itulah salah satu cara berkomunikasi dengan Allah SWT dan satu ayat yang dibaca bernilai ibadah.Â
Setelah Rasulullah Saw wafat, para sahabat berupaya menghafal dan menjaga Al-Qur'an dengan menulis ayat-ayat di pelepah kurma, kulit domba dan sebagainya. Menurut para sahabat Al-Qur'an adalah sebuah pedoman hidup untuk mereka dalam beraktivitas.
Masa Kekhalifahan Abu bakar diisi dengan banyaknya para penghafal Al-Qur'an yang mumpuni, namun perang Yamamah yang terjadi saat itu mengakibatkan gugurnya para ahli Qur'an dimana mereka turut serta dalam perang tersebut. Maka dari itu Khalifah Abu bakar As Shiddiq melakukan pengumpulan mushaf Al-Qur'an atas saran dari Sayyidina Umar bin Khattab.Â
Pada masa Khalifah Usman bin Affan terjadi perselisihan antar wilayah dalam membaca Qur'an yang mungkin mengakibatkan perpecahan dalam Islam.Â
Untuk menangani perpecahan Khalifah Usman membentuk sebuah tim untuk menyusun mushaf Al-Qur'an yang dikenal dengan mushaf Usman yang penulisannya menggunakan dialek Quraisy. Mushaf ini mengalami beberapa kali penyempurna mulai dari pemberian tanda baca hingga pemberian tanda bagian (juz).
Perlu kita ketahui pada saat itu Al-Qur'an belum berupa sebuah buku cetak, melainkan masih berupa susunan yang belum tertata rapi. Terlintas sebuah pertanyaan kapan dan dimanakah kitab suci ini awalnya dicetak?Â
Mengutip dari Hamam Faizin, Al-Qur'an dicetak pertama kali sekitar tahun 1500 M di Italia yang dipelopori oleh ayah dan anak bernama Paganino dan Alessandro Paganini untuk keperluan komersial. Pencetakan Qur'an ini didasari oleh berkembangnya mesin cetak kala itu yang diciptakan Oleh Johannes Gutenberg.Â
Sayangnya hasil cetakan pertama ini hilang dan tidak diketahui di waktu yang lama, diduga dihancurkan oleh Gereja Katolik. Beberapa literatur mengatakan ada dua orang yang memegang salinannya, salah satunya berhasil ditemukan di sebuah biara di Venice, selain itu sudah bisa diakses melalui kumpulan microfile.
Ketika ayah dan anak ini menjual hasil karyanya kepada orang Utsmaniyah (Turki) beberapa sumber menyebutkan Sultan Utsmani yang memesan Al-Qur'an tersebut, mereka mendapat penolakan dari masyarakat disana. Hal ini disebabkan akan banyaknya kesalahan dalam mereduksi makna teksnya serta anggapan orang muslim saat itu mengenai Al-Qur'an yang tidak boleh disentuh oleh orang non muslim.Â
Maka dari itu Sultan Utsmaniyah membuat undang-undang untuk melarang percetakan Al-Qur'an. Meskipun demikian banyak kesalahan dan belum bisa memenuhi keilmuan dalam memaknai Al-Qur'an kala itu tetapi para sarjana muslim meyakini bahwa buah tangan Paganino dan Paganini ini merupakan Qur'an pertama yang dilengkapi oleh moveable type.
Sekitar satu abad kemudian bangsa Jerman mencoba untuk membuat hal serupa, tepatnya di kota Hamburg yang dipelopori oleh Abraham Hinckelmann.Â
Pencetakan ini hanya bertujuan pengembangan ilmu filologi sehingga tidak disertakan terjemahannya dan hanya diberikan kata pengantar bahasa latin.Â
Tahun 1698 Ludovico Maracci, Pendeta Italia mencetak Al-Qur'an lengkap dengan terjemahannya. Lalu di tahun 1787 Kekaisaran Rusia atas perintah Ratu Tsarina Caherin II menerbitkan Al-Qur'an, menurut Arjan Van Dijk Ratu Rusia tersebut ingin umat muslim di sana, terutama di Crimea yang mayoritas muslim bisa mengkajinya lebih dalam dan sebagai simbol toleransi beragama.Â
Pada tahun yang sama akhirnya Turki Utsmani menerbitkan Al-Qur'an cetak dan menjadi negara muslim pertama yang mencetak Al-Qur'an. Selanjutnya disusul oleh negara-negara muslim lainnya seperti Iran bahkan di Leipzig pada abad ke 19.Â
Untuk negara Mesir baru terealisasi pada tahun 1923 meskipun percetakan sudah ada satu abad sebelumnya. Hal itu dikarenakan para sarjana masih menganggap mencetak lafadz Allah merupakan bidah.Â
Dalam buku Sejarah Singkat Penulisan Mushaf Al-Qur'an, disebutkan cetakan Mesir ini menggunakan bacaan qira'ah Hafsh dari Ashim. Perlu diketahui edisi Mesir yang dijadikan standar Qur'an yang diakui seluruh umat Islam saat ini bahkan negara-negara Jazirah Arab merujuk kepada cetakan Mesir seperti cetakan Raja Fahd.Â
Kemajuan percetakan Al-Qur'an ini turut diikuti oleh Indonesia pada abad ke 19 tepatnya pada tahun 1848 di Palembang. Tokoh pelopor cetak Qur'an ini yaitu Muhammad Azhari tetapi ada versi yang mengatakan penerbitan Al-Qur'an pertama kali di Surabaya pada tahun 1950 oleh Penerbit Salim Nabhan dan Afif dari Cirebon. Dari situlah terinspirasi beberapa penerbit di Nusantara untuk mencetak Al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H