Mohon tunggu...
Im human
Im human Mohon Tunggu... Lainnya - beginner

Hanya menulis yang telah terjadi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Keluarga Bhutto dalam Lintas Politik di Pakistan

2 Desember 2021   21:47 Diperbarui: 3 Desember 2021   09:19 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga ini merupakan keluarga yang sangat berpengaruh pada pemerintahan Pakistan. Anggota keluarga Bhutto yang pertama kali terjun di perpolitikan Pakistan adalah Zulfikar Ali Bhutto, ia pertama kali memasuki dunia politik di tahun 1957. Ketika itu Ali Bhutto menjadi perwakilan termuda pada delegasi Pakistan di PBB dan menjadi menteri termuda di Pakistan pada tahun yang sama. Selain itu ia pernah menjabat sebagai ketua Pakistan Peoples Party (PPP) pada tahun 1967 sampai dengan 1973. Karir selanjutnya ia pernah menjabat sebagai presiden Pakistan untuk periode 1971-1973 dan menjadi perdana menteri Pakistan tahun 1973 hingga 1977. Ali Bhutto dilahirkan di Larkana yang pada saat itu masih menjadi wilayah India pada tanggal 5 Januari 1928. Ali memperoleh pendidikan di University Southern California pada tahun 1947 di jurusan Ilmu politik dan Universitas Berkeley pada tahun 1949 dengan mendalami sosialisme. Pada tahun 1950 Ali belajar hukum di The Christ Church, Oxford Inggris. 

Dikutip dari hasil penelitian karya Khoirul Imam, Ali Bhutto dikenal sebagai politikus yang keras dan menentang pihak Amerika di Pakistan. ketika di pemerintahan ia merubah haluan politik dengan melakukan kerjasama dengan Cina dan ia juga terkenal keras terhadap India. Ali bahkan mengirim pasukan ke India untuk penyelesaian sengketa Kashmir dan terjadinya perang. Perang tersebut baru dapat dihentikan saat PBB turut dalam menengahi kedua negara tersebut. Pada saat di pemerintahan banyak kebijakan yang dinilai kontroversi dibuat oleh Ali Bhutto, Ali banyak membebaskan tahanan perang India di Pakistan sedangkan di sektor perekonomian ia melakukan nasionalisasi perusahaan industri barat. Ia dianggap pengkhianat negara setelah mengakui kedaulatan negara Bangladesh yang sebelumnya merupakan pecahan dari Pakistan. 

Situasi Pakistan semakin memburuk ditambah dengan tuduhan terhadap Ali Bhutto atas tewasnya beberapa politikus. sebagian besar menuduh Ali dibalik pembunuhan mereka. Pada tahun 1977 Ali diturunkan dari jabatannya sebagai perdana menteri oleh Zia ul-Haq, Ali Bhutto dihukum gantung dua tahun kemudian di Rawalpindi. Pemerintahan Zia ul-Haq tidak membawa perubahan apapun di Pakistan, ia lebih mementingkan ambisinya sendiri dengan kepemimpinan yang diktator. 

Kematian Ali Bhutto menjadi dasar sang anak yakni Benazir Bhutto untuk meneruskan karir politik sang ayah padahal dari awal Benazir tidak tertarik sama sekali dengan perpolitikan. Saat setelah sang ayah dihukum mati ia dan ibunya dijebloskan ke penjara dan setelahnya Benazir diusir dari Pakistan. Sekembalinya, peran pertama Benazir adalah ketika menjadi ketua Partai Rakyat Pakistan yang merupakan oposisi terdepan dalam menentang rezim Zia ul-Haq. Kematian Zia ul-Haq akibat kecelakaan pesawat membuka peluang Benazir Bhutto untuk mencalonkan diri sebagai Kandidat Perdana Menteri pada tahun 1988 dan ia berhasil memenangkan pemilu, Benazir unggul dari kandidat yang mewakili 4 partai pesaing. Keberhasilan Benazir Bhutto dalam pemilu tidak lepas dari kedekatannya dengan para tokoh agama di pedesaan serta kaum wanita yang membuatnya menjadi wanita pertama yang memimpin Pakistan di era modern.

Menurut Ready Susanto dalam bukunya, Pakistan pada masa Benazir Bhutto tidak dalam keadaan baik, banyak pihak yang menilai pemerintahannya terselip berbagai kasus korupsi. Selain itu Benazir dianggap menggagaskan kebijakan yang sekuler. Akibatnya Presiden Ghulam Ishaq Khan memecat Benazir Bhutto dari kursi perdana menteri, faktor lain yang menggulingkan Benazir adalah tekanan fraksi militer yang dahulu menjadi rival partai Benazir sendiri. Pada tahun 1993 Benazir mencalonkan kembali sebagai perdana menteri dan berhasil terpilih. Namun kepemimpinannya di Mata masyarakat sama saja seperti sebelumnya, ia tidak bisa membawa perekonomian ke arah yang lebih baik ditambah kasus korupsi yang mengakibatkan Benazir dipaksa mundur oleh presiden Faruq Ahmad Leghari pada tahun 1996. Tiga tahun kemudian ia beserta keluarganya diasingkan ke Dubai.

Pada tahun 2004 Benazir Bhutto dan keluarganya diizinkan kembali ke Pakistan serta akan merencanakan untuk mencalonkan kembali sebagai perdana menteri, Namun naas pada tahun 2007 ia tewas tertembak di Rawalpindi. Kejadiannya bermula setelah Benazir Bhutto melaksanakan kampanye, ia masuk kedalam mobil anti peluru tapi ia menyempatkan diri untuk menyapa pendukungnya dengan membuka jendela mobil, alhasil Benazir tertembak di bagian leher. sesaat setelah tertembak sebuah bom meledak di dekat kejadian yang mengakibatkan tewasnya 20 orang di sekitar lokasi. 

Setelah kematian Benazir beberapa keluarga turut terjun dalam politik, seperti sang suami Asif Ali Zardari pernah menjabat sebagai presiden Pakistan untuk periode 2008-2013. Selain itu sang putra, Bilawal Bhutto Zardari menjadi ketua partai rakyat Pakistan sampai sekarang. di tahun 2020 putri bungsu Benazir yang bernama Aseefa Bhutto Zardari resmi menjadi kader muda di Partai Rakyat Pakistan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun