Awal desember lalu publik dihebohkan dengan pernyataan rasis kandidat calon Presiden Amerika 2016 dari Partai Republik, Donald Trump. Donald Trump dalam komentarnya menyerukan pernyataan rasis terhadap Islam, Trump menyerukan larangan umat muslim untuk masuk Amerika. Komentar Trump tersebut mengemuka setelah serangan di Kota San Bernardino diduga dilakukan pasangan suami istri Tashfeen Malik dan Syed Farook.
Tidak hanya pernyataan kotroversial tersebut saja, pada 20 september lalu dalam acara dialog di Balai Kota Rochester, New Hampshire, Amerika Serikat. Trump juga membuat pernyataan rasis kepada umat Islam bahkan dengan terang- terangan menyindir Presiden Barack Obama ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan salah satu audience. Selain itu pada 16 Juni 2015 Trumps juga melontarkan pernyataan berbau rasis terhadap imigran Mexico.
Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan bilogis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu - bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur yang lainnya. Fakta tentang perbedaan warna kulit, perbedaan kelompok, ideologi, seringkali menyebabkan Individu secara sadar, wajar, dan normal untuk membeda- bedakan perlakuannya.
Menurut teori dalam Psikologi Politik penyebab terjadinya rasisme dan diskriminasi dapat di pelajari dari beberapa pendekatan, diantaranya Teori Konflik Realistis, Teori Pembelajaran Sosial, Teori Identitas Sosial, dan Teori Dominasi Sosial. Berikut akan coba dijelaskan penyebab terjadinya perilaku rasis yang dilakukan oleh kandidat calon Presiden Amerika Serikat 2016 Donald Trump dari pendekatan Psikologis.
Menurut Teori konflik realistis, diskriminasi merupakan suatu hasil kompetisi atas sumber-sumber daya yang langka seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sekolah yang berkualitas baik. Kapanpun komuditas yang diperebutkan ini semakin terbatas, maka permintaan dan persaingan untuk mendapatkannya semakin keras. Dalam kasus Rasisme oleh Donald Trump ini sumber daya yang di perebutkan adalah sebagai orang nomor satu di negara paling berpengaruh di dunia, yaitu Presiden Amerika Serikat. Maka dalam persaingan memperebutkannya sangat keras, hal itulah yang membuat Donald Trump membawa isu rasis dan mendiskriminasikan kelompok minoritas (kaum muslim dan imigran dari Mexico) di Amerika Serikat guna mendapatkan dukungan dari kelompok mayoritas.
Menurut Teori Pembalajaran Sosial, Anak- anak mempelajari sikap- sikap negatif dan perilaku diskriminatif dari orang tua, guru, keluarga, teman mereka, dan orang yang lainnya ketika mereka diberikan penghargaan atas perilaku semacam ini. Amerika Serikat merupakan salah satu Negara dengan masalah rasial terparah, konflik kulit putih dengan kulit hitam yang menjadi kasus rasisme terparah di Amerika Serikat membuat Donald Trump yang besar di lingkungan yang terjadi konflik ras mengalami pembelajaran sosial dari lingkungannya. Trump kecil tumbuh menjadi pribadi yang rasis, di tambah lagi dengan maraknya invasi Amerika Serikat ke daerah Timur Tengah membuat konflik yang mengatasnamakan agama di Amerika Serikat meningkat, banyak serangan bom di Amerika mengatasnamakan agama dan dilakukan oleh kaum muslim, hal inilah yang membuat Trump sangat rasis kepada umat Islam.
Menurut Teori Identitas Sosial, identitas sosial bertanggung jawab terhadap sebagian proses awal diferensisasi kelompok menjadi in-group dan out group. Pemikiran kelompok in-group dan out-group inilah yang menjadi prasangka, seperti yang terjadi di banyak kasus prasangka menjadi awal mula sebuah konflik antar kelompok. Hal ini didasari kepada pemikiran setiap individu bahwa kelompoknya adalah yang terbaik. Karena pemikiran kelompok in-group dan out-group inilah yang mendasari Donald Trump meyakini bahwa apa yang dianutnya adalah yang terbaik sedangkan apa yang dianut orang lain adalah salah. Hal ini lah yang membuat Trump rasis, dalam kasus ini Trump rasis terhadap kelompok Islam karena prasangka terhadap umat muslim (out-group) yang menurut Trump sangat membenci Amerika Serikat, serta prasangka bahwa yang mengedarkan obat- obatan di Amerika Serikat adalah imigran Mexico (out-group).
Teori Dominasi Sosial, dalam teori ini disajikan ukuran orientasi dominansi sosial yang membedakan antara orang- orang yang memilih relasi- relasi kelompok sosial yang setara atau yang hierarkis, dan sejauh mana orang- orang menginginkan in-group mereka mendominasi out-group. Menurut dominasi sosial perilaku Trump tersebut dapat dijelaskan karena motivasinya untuk menguasai lawan- lawannya (outgroup), pernyataan rasis Trump tersebut digunakan untuk mendapatkan relasi- relasi yang setara dan memiliki pandangan yang sama dengan Trump, sehingga ketika Trump mendapat dukungan dari orang yang memiliki pemikiran sama maka kekuatan Trump untuk mendominasi akan semakin kuat.
Dari beberapa Pendekatan diatas yang paling dapat menjelaskan perilaku rasis yang dilakukan oleh kandidat calon Presiden Amerika Serikat 2016, Donald Trump adalah pendekatan teori konflik realistis dan teori identitas sosial. Meurut literatur yang penulis baca Donald Trump sudah rasis terhadap umat islam di Amerika, dari beberapa literatur tentang Donald Trump yang penulis baca mencantumkan tagar “Opposition to Islam in the United States” serta “Critics of Islam”. Kepribadian Donald Trump yang sebelumnya sudah terlihat aktif untuk mengkritik Islam, ditambah pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat membuat Trump semakin genjar untuk mengkampanyekan seruan anti Islam-nya, di tambah lagi dengan identitas sosialnya sebagai penganut Protestan, Trump menganggap apa yang di yakini-nya paling benar dan terjadi prasangka kepada outgroup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H