Mohon tunggu...
Ilham Mardiantoro
Ilham Mardiantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - IG : ilham_mardiantoro

Mahasiswa Administrasi Publik, Fisip, Universitas Sriwijaya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahaya Glorifikasi Tokoh Publik (Pelaku Tindakan Tak Terpuji)

7 September 2021   21:29 Diperbarui: 7 September 2021   21:38 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Glorifikasi dengan pensematan "DUTA" diatas bahwa pihak terkait berdalih agar pelaku semakin paham dan patuh serta tidak mengulangi perbuatannya kembali.

Tidak berhenti pada para artis saja, pensematan "DUTA" ini semakin menjalar pada lembaga anti korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Rencananya lembaga ini akan menjadikan para eks Narapidana Korupsi/Koruptor sebagai "Duta Anti Korupsi". KPK merencanakan itu dengan dalih agar para eks Narapidana Korupsi dapat membantu mencegah praktek korupsi dengan bentuk himbauan dan berbagi pengalaman selama mendekam di lembaga pemasyarakatan.

Sungguh ironi, seperti pada pensematan "DUTA" kepada tokoh publik (pelaku tidak terpuji). yang diketahui oleh khalayak masyarakat duta merupakan orang tergolong spesial karena terpilih dari proses seleksi yang ketat untuk mendapatkan orang yang unggul, berkompeten, berkualitas, ber-attitude sesuai dengan duta di bidangnya masing-masing. Malah yang terjadi pensematan Duta itu diberikan kepada yang melanggar.

Peristiwa Glorifikasi terbaru ini yaitu penyambutan secara berlebihan oleh media atas bebasnya artis Saipul Jamil (eks narapidana kekerasan seksual). hal itu terjadi ketika Saipul Jamil keluar dari jeruji besi disambut oleh wartawan/media bak pahlawan, namun yang sebenarnya praktek tersebut tidak elok di mata publik. 

Ketidakelokan tersebut karena latar belakang Saipul Jamil menjadi narapidana kekerasan seksual yang seharusnya keluarnya di jeruji besi tidak perlu di sambut dengan berlebihan bak pahlawan dan biarkan keluar secara biasa pada umumnya.

Peristiwa Glorifikasi yang terjadi seperti penyambutan saipul jamil dan pensematan "Duta" pada tokoh publik lainnya seakan-akan menjadi praktek menutupi sebuah kebenaran. 

Karena glorifikasi terhadap pelaku membuat pembrandingan agar publik tidak merespon secara lebih terhadap kesalahan yang di perbuat oleh pelaku sebelumnya. Sehingga apa-apa kesalahan yang diperbuat oleh pelaku menjadi teralihkan hilang tanpa sadar di benak pikiran publik.

Tindakan Glorifikasi ini berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, karena glorifikasi terhadap pelaku tindakan tak terpuji merupakan pembodohan bagi publik. 

Bila glorifikasi terus ada, maka akan menjadi benalu bagi negeri yang mengakibatkan rusaknya moral, membuat pelaku merasa tidak bersalah, dan membuat respon publik memaklumi terhadap perbuatan pelaku tersebut.

Kita tunggu apa tindakan presiden atas peristiwa ini, apakah hanya diam seribu bahasa? atau bersikap secara bijaksana?. Melihat saat ini glorifikasi telah mulai menjalar pada lembaga penting negara yaitu KPK. 

Bila presiden diam seribu bahasa berarti secara tidak langsung praktek berbahaya ini (Glorifikasi) akan terus menggerogoti bangsa dan akan menjadi bumerang negatif terhadap kinerja dan kepemimpinan Presiden Indonesia Bapak H. Joko Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun