Mohon tunggu...
Ilham Jati
Ilham Jati Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa "Melek" Aparatur Negara terhadap Propaganda Media Massa dan Sosial dalam Konflik Laut China Selatan?

16 April 2024   09:50 Diperbarui: 16 April 2024   09:53 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dokpri
dokpri

Gambar 4. Pie Chart Pendapat Responden Terhadap Hak Atas Laut China Selatan

Pertanyaan ini memiliki beberapa opsi jawaban yaitu Indonesia, China, negara-negara Asia Tenggara atau tidak tahu. Berdasarkan data yang dikumpulkan, 41,5% responden menjawab Indonesia yang berhak atas Laut China Selatan. Selanjutnya 2,1% responden menjawab China dan 39,4% responden merasa Negara-negara Asia Tenggara yang berhak atas Laut China Selatan. Sedangkan terdapat 17% Tidak tahu sama sekali.

Hal ini menjelaskan bahwa responden masih belum memiliki kesadaran pengetahuan atas konflik Laut China Selatan. Dengan mayoritas responden menjawab Indonesia, padahal Indonesia bukan negara yang aktif untuk melakukan klaim, artinya hanya menjaga kedaulatan wilayahnya dari klaim negara lain (Dienda & Muhammad, 2022). Indonesia kemudian berhak atas pengelolahan dan pemanfaatan sumber daya alam di ZEE sekaligus mendapatkan keuntungan strategis ketika ZEE di wilayah perairan Natuna Utara dikelola sebagai jalur perdagangan dan pelayaran internasional (Sulistyani et al., 2021).

  • Media mana yang paling sering Anda temui membahas isu Konflik Laut China Selatan

dokpri
dokpri

Gambar 5. Pie Chart Pendapat Responden Terhadap Media Yang Paling Sering Membahas Konflik Laut China Selatan

Pertanyaan ini memiliki beberapa opsi jawaban yaitu Sosial Media seperti Twitter/Instagram/Tiktok, Media Siaran seperti TV atau Youtube, Berita Cetak/Berita Online (Website Berita) atau tidak tahu. Berdasarkan data yang dikumpulkan, 41,5% responden menjawab mendapatkan informasi dari Sosial Media seperti Twitter/Instagram/Tiktok. Selanjutnya 24,5% responden menjawab Berita Cetak/Berita Online (Website Berita) dan 17% responden dari Media Siaran seperti TV atau Youtube. Sedangkan terdapat 17% responden tidak tahu sama sekali.

Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh media sosial sangat mendominasi bagi masyarakat terkhusus Aparatur Negara sebagai responden di era sekarang. Mudahnya akses dan suguhan informasi yang singkat serta praktis membuat banyaknya informasi dapat diserap masyarakat tanpa perlu waktu memilah dan berpikir terlebih dahulu.

Sejak 2012 terdapat penulis aktif mencapai 28.031 dan penulis yang teridentifikasi mencapai 2.412 penelusuran dilakukan terhadap artikel yang terbit antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun terakhir. Hasilnya ditemukan 21 kajian/studi yang diterbitkan dari Asia, Amerika, dan Australia terkait dengan pembahasan isu konflik Laut China Selatan dalam perspektif komunikasi global. Konflik Laut China Selatan merupakan salah satu ancaman yang berpotensi menimbulkan dampak negatif besar, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi stabilitas kawasan di Asia Tenggara (Dienda & Muhammad, 2022).

Terlebih dengan media sosial, informasi bisa disusupi narasi propaganda yang kerap ditujukan untuk keuntungan sepihak. Hal ini dapat dengan mudah menjadi doktrin kepada masyarakat umum bahkan Aparatur Negara setelah membaca narasi tersebut.

  • Untuk media Indonesia, menurut Anda seberapa sering membahas isu konflik Laut China Selatan?

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun