9. Tan Malaka sempat dihapus dari deretan tokoh pahlawan Republik Indonesia, sejak Soeharto menjabat kursi kepresidenan ke-2 Republik Indonesia yang menggantikan Soekarno, karena diduga Tan Malaka beraliran Komunisme sejak dulu serta pernah masuk Partai Komunis Indonesia (PKI) pada saat itu. Padahal faktanya sudah lama sekali Tan Malaka tidak tergabung dengan PKI sejak dipimpin D.N. Aidit, puncaknya ketika melestusnya aksi pemberontakan yang dilakukan PKI dibeberapa wilayah dan itu membuat Tan Malaka menilai pemberontakan itu terlalu dini dilakukan oleh PKI, dengan begitu Tan Malaka memilih keluar dari PKI yang tidak sejalan dengan visinya.
SOSOK TAN MALAKA DI AKHIR MASA HIDUPNYA
Ketika kalimat 'Demi Bangsa dan Negara!!!' benar-benar dikumandangkan oleh orang yang tepat, maka jiwa dan raga seolah-olah bergejolak dan terpanggil. Hidup dengan ke idealisan tidak memupuk semangat Tan Malaka untuk benar-benar ingin memperjuangkan cita-citanya sejak dulu, ketika bangsa ini benar-benar harus lepas dari belenggu bangsa-bangsa penjajah. Ketika bangsa ini sudah benar-benar merdeka dan seharusnya Tan Malaka tinggal menikmati masa sisa hidupnya, lalu harus berakhir pilu ketika kesepian mulai melandanya.
Mulai dari ditinggal Soekarno, sampai ditinggal teman seperjuangan Minangkabau lainnya mulai dari ditinggal Hatta, ditinggal Yamin, ditinggal Sjahrir, ditinggal Agus Salim, ditinggal Natsir, ditinggal Chaerul Saleh, ditinggal orang tua yang melahirkan dan merawatnya, bahkan demi mewujudkan bangsa yang ia inginkan  ia rela mengesampingkan jodohnya, bahkan yang tak kalah sadis mati ditangan Republiknya sendiri dan dihapus dari deretan tokoh pahlawan Republiknya sendiri, sampai masa kesepian demi kesepian mulai menyelimuti liang kuburnya. Kesabaran yang tak pernah ada habisnya untuk mewujudkan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H