Polemik yang sedang tinggi-tingginya, yang dimana para petinggi kepentingan Indonesia yang seolah olah mencampur aduk kan antara olahraga dengan politik.
Kepentingan olahraga dengan kepentingan politik tidak boleh saling di benturkan, dimana polemik atensi ketegangan di Indonesia yang menolak kehadiran Timnas Israel yang berlaga di Piala Dunia u-20. Timnas Israel yang lolos pada kualifikasi, tidak bisa semerta-merta Indonesia tolak hanya karena kepentingan politiknya.
Sebelumnya Asosiasi sepak bola Argentina yakni Asociación del Fútbol Argentino (AFA), menawarkan diri siap menggantikan posisi Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Dunia u-20, tetapi FIFA malah memilih negara tetangga Argentina yakni Peru sebagai pengganti tuan rumah Piala Dunia u-20.
Kalau misalkan kejadian ini benar-benar terjadi, Indonesia bisa saja mendapatkan skorsing dari FIFA, berupa yakni:
1. Indonesia dibanned selama beberapa tahun oleh FIFA sepanjang pergelaran sepak bola resmi dari FIFA;
2. Indonesia dapat denda yang cukup lumayan besar dari FIFA
Karena begitu Indonesia gagal menjaga komitmen FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia u-20. Bahkan Duta Besar dari negara Palestina yakni Zuhair Al Shun mengatakan tidak masalah kalau timnas Israel hadir ke Indonesia sebagai peserta Piala Dunia u-20. Indonesia yang lebih pro kepada negara Palestina daripada Israel karena Indonesia tidak pernah berdiplomasi dengan Israel, serta dengan kasus dua negara tersebut Indonesia menanggapi dalam segala aspek bidang, yang berkaitan dengan negara Israel sudah pasti ditentang oleh Indonesia, permasalahan berlebihan tersebut yang membuat Indonesia sendiri semakin terbelakang. Israel yang datang sebagai peserta dari Piala Dunia u-20 dan sedangkan Palestina datang sebagai peserta Piala Asia, dan itu semua seolah-olah tidak terjadi apa-apa dalam cabor sepak bola dan mereka-mereka bermain dengan tanpa beban.
Kasus ini menjadi semakin panas berawal dari drawing Piala Dunia u-20 yang gagal diselenggarakan di Pulau Bali, karena Gubernur provinsi Bali yakni I Wayan Koster memberi pernyataan secara terbuka kepada publik bahwasanya Pulau Bali menolak kehadiran timnas Israel di Indonesia. Bahkan itu yang membuat memanas dari atensi publik, bahwasanya ada yang pro dari kebijakan I Wayan Koster dan sedangkan ada yang tidak pro pada statement I Wayan Koster. Karena Pulau Bali juga termasuk pada serangkaian agenda venue penyelenggaraan Piala Dunia u-20, jadi semua masyarakat Indonesia otomatis tertuju melihat statement yang dikeluarkan I Wayan Koster, karena I Wayan Koster sebagai pimpinan tertinggi di Pulau Bali sebagai Gubernur. Dan itu membuat hampir beberapa gubernur di beberapa provinsi juga menolak kehadiran timnas Israel seperti Gubernur Jawa Tengah yakni Ganjar Pranowo juga menolak kehadiran timnas Israel.
Tidak adanya ketegasan dari pimpinan presiden Joko Widodo dan pimpinan ketua PSSI yakni Erick Thohir dalam menyikapi polemik ditengah gencar-gencarnya masyarakat. Kalau misalkan pemikiran masyarakat Indonesia pada masa depan hanya seperti ini saja bukan tidak mungkin Indonesia semakin ketertinggalan dalam sepak bola.
Banyak sekali ketidaksiapan Indonesia sebagai tuan rumah pada ajang Piala Dunia u-20, seperti:
1. Stadion sepak bola tidak steril yang dipakai diluar ajang sepak bola, seperti event konser musik yang mengakibatkan rumput stadion rusak dan fasilitas juga pada rusak, dan sempat juga stadion-stadion besar di Indonesia menjadi ajang alat partai politik untuk mencari suara dari atensi masyarakat dan itu membuat sangat bobrok dan terlihat sekali tidak keseriusan bagi Indonesia sebagai tuan rumah. Padahal seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta yang sudah terlihat secara rekam jejak bahwasanya stadion tersebut hanya untuk diselenggarakan kepentingan olahraga, bukan mencari suara dari para parpol.
2. Pengamanan bagi keamanan semua pemain, official, dll bagi timnas yang menjadi peserta Piala Dunia u-20. Terlebih masyarakat Indonesia sangat sensitif terkhusus tentang keagamaan bagi umat muslim yang menjadi mayoritas di indonesia. Seperti kasus peperangan Palestina dan Israel, yang dimana masyarakat Indonesia lebih pro terhadap Palestina;
3. Stadion-stadion sepak bola di Indonesia yang masih jauh dari kata standard FIFA dan itu membuat suatu tampak nyata dari ketidaksiapan juga dari Indonesia. Pilihan-pilihan yang dipilih oleh PSSI dari beberapa stadion di seluruh Indonesia, masih jauh dari kata standard FIFA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H