5. Haji Agus Salim
Haji Agus Salim atau disingkat H. Agus Salim atau yang kerap disapa Agus Salim lahir di Koto Gadang, Sumatera Barat, Indonesia. Agus Salim yang mempunyai kontribusi besar untuk bangsa Indonesia dalam menuju kemerdekaan seperti menjadi anggota Panitia Sembilan dalam badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan yang mempersiapkan UUD 1945. Ia juga menjadi menteri luar negeri kabinet Sjahrir II (1946) dan III (1947). Ia dijuluki "Diplomat ulung" yang dimana ia selalu sukses dalam mengirarkan bangsa Indonesia di mata dunia;
6. Mohammad Natsir
Mohammad Natsir atau kerap disapa Moh. Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Moh. Natsir yang dikenal maestro dakwah yang dimana penyampainnya dakwahnya secara indah, tegas, dan menggerakkan. Berkat beliaulah penyambung cita-cita masyarakat yang ingin merdeka bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang dimana sejak saat itu Natsir dijuluki "Bapak NKRI". Yang dimana sebelum NKRI muncul sempat ada beberapa negara bagian yakni bernama Negara Indonesia Timur (1946), Negara Sumatera Timur (1947), Negara Pasundan (1948), Negara Jawa Timur (1948), Negara Madura (1948), Negara Sumatera Selatan (1948), dan itu semua termasuk negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) (1949), Â pada era pasca penjajahan Belanda. Berkat Natsir negara Republik Indonesia diterima menjadi negara keanggotaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara penuh dan diakui juga oleh negara-negara seluruh dunia;
7. Chaerul Saleh
Chaerul Saleh lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, Indonesia. Chaerul Saleh mempunyai peranan besar dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Chaerul Saleh menculik Soekarno-Hatta bersama beberapa golongan pemuda Menteng 31 dan pemuda-pemuda dari berbagai daerah di Pulau Jawa, ada Sukarni, Wikana, D.N. Aidit, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Shodanco Singgih, Sayuti Melik, Sudiro, B.M. Diah, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Adam Malik, dan Armansyah, disitu pula terdapat golongan tua yang diisi oleh anggota dan pengurus BPUPKI dan PPKI. Peristiwa tersebut dinamakan Peristiwa Rengasdengklok (16 Agustus 1945) yang berlokasi di salah satu rumah warga di Desa Bojong, Karawang, Jawa Barat, Indonesia, yaang bernama Djiaw Kie Siong, seorang petani kecil berketurunan Tionghoa.
Mereka-mereka memang terlahir sebagai orang yang sangat gemar membaca buku, sama-sama kritis dan idealis, bahkan dalam menentukan arah bangsa ini untuk yang terbaik harus saling berdebat, bahkan yang paling parah saling-saling menjatuhkan. Dimana hatta dan Sjahrir sempat memiliki hubungan yang tidak baik dengan Tan Malaka dalam berbeda pandangan politiknya, tetapi setelah itu Hatta, Sjahrir, dan Tan Malaka tetap terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sepenggal cerita Unik Soekarno pernah menitip pesan kepadan Tan Malaka jikalau suatu saat dirinya tidak lagi menjabat sebagai presiden Republik Indonesia, Tan Malaka lah selanjutnya yang menggantikannya sabagai presiden selanjutnya tetapi Hatta menolaknya mentah-mentah pada saat itu. Pernah suatu ketika sebelum Indonesia merdeka Tan Malaka pernah mengutarakan kepada Sutan SjahrirÂ
"Biarkan saya jadi presiden dan kamu nanti akan menjadi perdana menteri, Sjahrir."
"Sekaligus menteri pertahanan, ekonomi, dalam dan luar negeri ." Ucap Tan Malaka
Sjahrir menjawab "Andai saja kamu lebih populer 10% dari Soekarno, kami akan mempertimbangkan kamu sebagai presiden."
"Kita ini orang Sumatera, tak begitu dikenal oleh masyarakat Jawa, kita dukung saja Soekarno-Hatta."