Raden Mas Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau singkatnya H.O.S. Tjokroaminoto atau kerap disapa Tjokroaminoto lahir di Ponorogo. 1904. Tjokroaminoto pindah ke Surabaya sebagai juru tulis Firma Inggris. Pada 1912 Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Dagang Islam di Surabaya, ia pernah mengusulkan namanya diganti menjadi Sarekat Islam supaya perjuangan meluas keberbagai hal. Pada 1914 Tjokroaminoto diangkat menjadi ketua central Sarekat Islam karena kepiawaiannya berpidato, yang akhirnya memindahkan kantor pusat dari Surakarta ke Surabaya.
Tjokroaminoto yang kebetulan pada saat itu tidak memiliki pekerjaan lain selain menampung orang-orang yang ingin bertinggal di tempat rumah kediaman yang kelak menjadi tempat kos di Gang. Peneleh VII, Surabaya dengan bayaran 11 sen yang uangnya dikelola oleh istrinya yang bernama Suharsikin. Pada saat itu yang berpenghuni di kos Tjokroaminto yang kelak tidak disangka-sangka menjadi orang-orang besar diantaranya ada Soekarno, Kartosoewirjo, Musso, Semaoen, dan Alimin. Pada saat itu KH. Mas Mansoer, KH. Ahmad Dahlan, H. Agus Salim, Tan Malaka, Abdul Muthalib Sangadji, juga sering berkunjung ke rumah Tjokroaminoto, dan mereka-mereka juga tokoh dari pergerakan H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto yang dijuluki "Raja tanpa mahkota" "De Ongekroonde Van Java" (Bahasa Belanda) oleh Belanda pada masa itu karena Tjokroaminoto yang bukan hanya piawai dalam berpidato saja, melainkan ia juga sangat berani membela yang lemah dan terus berupaya memerdekakan Indonesia dari genggaman para penjajah dan ia mempunyai basis pendukung yang sangat banyak.
Murid-murid Tjokroaminoto:
1. Soekarno
Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur. Soekarno dulunya belajar kepada gurunya Tjokroaminoto dalam menggunakan alat politik menuju kesejahteraan rakyat serta perlunya menulis di media massa. Setelah lepas dari kediaman rumah Tjokroaminoto, Soekarno berada dijalan ideologi nasionalisnya, yang dimana Soekarno ingin memerdekakan Indonesia dengan nasionalisnya. Hingga pada tahun 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, yang membawa pemahaman nasionalismenya. Soekarno dapat dukungan penuh dari masyarakat hampir seluruh Indonesia yang menginginkan Indonesia dengan nama Republik Indonesia yang dibawa pemahaman nasionalisme, dengan berkat kekuatan dan dukungan penuh juga dari Mohammad Natsir yang menjabat sebagai perdana menteri ke-5 pada saat itu.
2. Kartosoewirjo
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo atau yang kerap disapa Kartosoewirjo yang lahir di Blora, Jawa Tengah. Kartosoewirjo merasa kagum kepada gurunya Tjokroaminoto melihat pidato-pidatonya, ia juga sempat menjadi sekretaris pribadi Tjokroaminoto berkat ketekunan dan kecerdasannya. Dimana suatu saat ketika Kartosoewirjo melepas dari kediaman rumah Tjokroaminoto, Kartosoewirjo yang sangat mencintai agamanya yakni islam, ingin menerapkannya sebagai ideologi kepada bangsa Indonesia.Â
 Dimana pada masa itu Republik Indonesia sudah berada digenggaman teman satu kosnya yakni Soekarno yang membawa ideologi nasionalismenya, tetapi Kartosoewirjo tidak mau negara Indonesia berpemahaman nasionalisme. Pada suatu ketika Kartosoewirjo mendirikan negara Indonesia Islam, dan beberapa daerah yang menyatakan menjadi bagian negara Indonesia Islam ada Jawa Barat, Aceh, Jawa tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan, negara ini ber-ibu kota di Jakarta. Negara Indonesia Islam berlandaskan pemahaman hukum syariat islam, negara ini dibentuk pada (1949-1962). Kartosoewirjo yang idealisnya masih tinggi, tidak mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia yang dibawa oleh Soekarno, hingga pada masa Kartosoewirjo ingin membunuh Soekarno di masjid pada saat idhul adha dengan menyuruh ajudannya, tetapi tidak disangka-disangka tidak mengenai badan Soekarno, justru mengenai tubuh-tubuh jamaah yang lain. Hingga tentara dari Republik Indonesia menangkap ajudan Kartosoewirjo, karena membahayakan kondisi Soekarno yang pada masa itu menjabat sebagai presiden Republik Indonesia. Pada akhirnya tentara Republik Indonesia menjalankan perintah SK atas persetujuan Soekarno dengan menanda tangani untuk segera jatuhkan hukuman mati, untuk mengeksekusi mati Kartosoewirjo, hingga pada akhirnya SK keluar dan Soekarno menandatangani atas jatuhakan hukum mati kepada pendiri negara Indonesia Islam yakni Kartosoewirjo pada 1962 dengan rasa berat hati, karena mengingatkan Kartosoewirjo ialah sahabat dekat Soekarno pada saat satu perguruan dengan Tjokroaminoto;
3. Musso
Musso Manowar atau sapaan akrabnya Musso lahir di Kediri, Jawa Timur. Musso belajar kepada gurunya Tjokroaminoto dalam bentuk-bentuk modern pergerakan. Dimana ketika Musso sudah lepas dari kediaman rumah Tjokroaminoto.Â