Mohon tunggu...
INA X THE JOURNALISM
INA X THE JOURNALISM Mohon Tunggu... Jurnalis - The Journalism

Mari kita kupas berita bersama Journalis~

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perlunya Belajar! (Episode 2)

6 Januari 2023   09:27 Diperbarui: 17 Januari 2024   08:08 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muammar Muhammad Abu Minyar Khadafi atau kerap disapa Muammar Khadafi pemimpin negara Libya (Afrika Utara). Muammar Khadafi memimpin Libya selama 42 tahun dan diakhir masa jabatannya sungguh sangat miris yang dimana terjadinya perang saudara serta matinya Muammar Khadafi ditangan rakyatnya sendiri.

Selama memimpin negara Libya Muammar Khadafi membuat negaranya menjadi negara terpandang bahkan menjadikan negara terkaya sebenua Afrika selama dijabatnya. Libya dengan negara penghasil minyak dan gas sebagai penghasilan utama untuk menjaga kestabilan negaranya. 

Kenapa judul ini mengkaitkan dengan persoalan "adu domba terhadap suatu bangsa" dan apa kaitannya dengan Muammar Khadafi sebagai pemimpin Libya dengan situasi dan kondisi saat ini di Indonesia?

Puncak terjadinya perang saudara sekaligus matinya seorang pemimpin ditangan rakyatnya sendiri pada 2011, Jikalau anda menggeser sisi geografi kita mulai dari benua Afrika Utara ke benua Amerika Utara khususnya negara Amerika Serikat mungkin secara rekam jejak yang dimana Amerika Serikat suka mencampuri suatu permasalahan negara entah itu external bahkan sampai internal, dan itu semua atas dasar title penamaan yang melekat dengan dirinya yaitu "negara adidaya", dengan dasar seperti itu bukan tidak mungkin "perang saudara" dan "kematiannya Muammar Khadafi" ada campur tangan Amerika Serikat untuk menggulingkan jabatannya. 

Setiap stasiun televisi diseluruh dunia sudah Amerika Serikat doktrin atas dasar pemimpin otoriter yang kejam bahkan wajib melekat dengan Muammar Khadafi. Bahkan Amerika Serikat juga melancarkan serangan secara bertubi-tubi dengan bantuan NATO yang berakhir 165 orang yang memakan korban jiwa atas terjadinya perang saudara Libya. 

Atas dasar Amerika Serikat tidak mau negara sekelas Libya diatasnya karena negara tersebut bisa menjadi superpower dengan kekayaanya dan Amerika Serikat tidak mau Muammar Khadafi membuat mata uang tunggal berupa dinar emas yang bakal digunakan semua negara di benua Afrika, dengan dalil Muammar Khadafi menginginkan sebuah negara bisa terlepas dari jeratan hutang dikarenakan mata uang tersebut benar-benar terbuat dari emas dan bisa melunasi semua hutangnya dengan mudah serta bisa saja jikalau benar-benar terjadi mata uang dollar Amerika Serikat tidak laku dan bisa tergesar dengan mata uang dinar emas tersebut.

Dengan kejadian yang menimpa tersebut alangkah lebih baiknya jangan semua terima secara mentah-mentah informasi dari para negara blok Barat, sudah seharusnya Indonesia wajib bertindak tegas atas negara-negara yang mencampuri urusan permasalahan secara external maupun internal seperti terjadinya kasus HAM di Papua yang selalu dicampuri oleh negara Vanuatu (Oseania), Tuvalu (Oseania), Kepulauan Solomon (Oseania), dan Saint Vincent dan Grenadinest (Amerika Tengah), bahkan terkadang negara sekelas Australia (Oseania) selalu mencari permasalahan agar Indonesia kesannya negara terbelakang dan selalu mengekang. Serta jangan mau negara yang diatur oleh negara lain, jikalau kita masih bisa berdiri dikaki kita sendiri seperti halnya Palestina yang masih mempertahankan wilayahnya dari negara Israel yang awalnya datang sebagai tamu dan seolah-olah menjadi tuan rumah di wilayahnya, bahkan banyak media-media barat menutup rapat-rapat terhadap kasus perang yang terjadi antara Palestina dan Israel, bahkan lagi-lagi negara sekalas Amerika Serikat sempat mencampuri urusan peperangan Palestina dengan Israel yang dimana Amerika Serikat berada dikubu Israel sekaligus meresmikan ibukota baru bagi negara Israel yaitu Yerusalem pada 2017 era presiden Donald John Trump.

Banyak sekali contoh-contoh nyata yang perlu dievaluasi oleh Indonesia mulai dari A-Z. Terus nantikan episode-episode selanjutnya pada tema "Perlunya belajar" dari The Journalism.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun