Widji Thukul, yang bernama lahir Widji Widodo (26 Agustus 1963 Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia - hilang belum ditemukan sejak 1998).
Janji demi janji mulai dari presiden hingga para pejabat lain untuk ikut serta mencari keberadaan sang penyair perlawanan yaitu Widji Thukul hanyalah omong belaka, bahkan sampai detik ini rekam jejaknya masih belum ditemukannya sang penyair tersebut. Bahkan sang keluarga terus menagih hutang kepada pemerintah Indonesia sekaligus mencari keadilan lewat tersebut.
Widji Thukul hilang sejak tahun 1998 ketika presiden republik Indonesia ke-2 Soeharto meningkatkan operasi represif rezim Orde Baru (Orba) dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde baru.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang Widji Thukul, biografi Widji Thukul :
A. Menggeluti dibidang Seni sejak :
1. Mulai menulis puisi (Sekolah Dasar atau SD)
2. Menyukai seni teater (Sekolah Menengah Pertama atau SMP)
3. Aktif menyelenggarakan kegiatan teater dan melukis dengan anak-anak kampung Jagalan (Surakarta, Indonesia)
4. Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jakker) sebagai ketua
B. Pekerjaan :
1. Calo tiket karcis di bioskop
2. Tukang pelitur di perusahaan mebel
3. Buruh
4. Wartawan
C. Prestasi dan Penghargaan :
1. Â Diundang membaca puisi di Kedutaan Besar (kedubes) German di Jakarta, Indonesia oleh Goethe Institut (1989)
2. Tampil ngamen puisi di Pasar Malam Puisi (Erasmus Huis, (Pusat kebudayaan Netherlands di Jakarta, Indonesia) (1991)
3. Ia memperoleh (Wertheim Encourage Award ) yang diberikan oleh Wertheim Stichting, Netherlands bersama Willibrordus Surendra Broto Rendra atau W.S. Rendra (seorang penyair asal Indonesia) (1991)
4. Dianugerahi penghargaan (Yap Thiam Hien Award) (2002)
D. Karya :
1. Puisi : (Di bawah selimut kedamaian palsu)
2. Puisi : (Puisi untuk adik)
3. Puisi : (Peringatan)
4. Puisi : (Bungan dan Tembok)
5. Puisi : (Monumen bambu runcing)
6. Puisi : (Nyanyian akar rumput)
7. Puisi : (Suara dari rumah-rumah miring)
8. puisi : (Catatan suram)
9. Puisi : (Jalan)
10. Puisi : (Sajak suara)
11. Puisi : (Penyair)
12. Puisi : (Tanah)
13. Puisi : (Aku masih utuh dan kata-kata belum binasa)
14. Puisi : (Aku lebih suka dagelan)
15. Puisi : (Apa guna)
16. Puisi : (Baju loak sobek pundaknya)
17. Puisi : (Balada peluru)
18. Puisi : (Burung dara pergi terbang)
19. Puisi : (Busuk)
20. Puisi : (Ceritankanlah ini kepada siapapun)
21. Puisi : (Dalam kamar 6 x 7 meter)
22. Puisi : (Derita sudah naik seleher)
23. Puisi : (Hari ini aku akan bersiul-siul)
24. Puisi : (Istirahlah kata-kata)
25. Puisi : (Jam)
26. Puisi : (Jalan slamet riyadi Solo)
27. Puisi : (Kucing, ikan asin, dan aku)
28. Puisi : (Lagu persetubuhan)
29. Puisi : (Nyanyian abang becak)
30. Puisi : (Mendongkel orang-orang pintar)
31. Puisi : (Merontokkan pidato)
32. Puisi : (Puisi menolak patuh)
33. puisi : (Puisi si buta)
34. Puisi : (Puisi sikap)
35. Puisi : (Pulanglah nang)
36. Puisi : (Sajak bagong)
37. Puisi : (Sajak bapak tua)
38. Puisi : (Sajak ibu)
39. Puisi : (Sajak kepada bung dadi)
40. Puisi : (Sajak tikar plastik-tikar pandan)
41. Puisi : (Suti)
42. Puisi : (Tetangga sebelahku)
Kini hanya sebuah kenangan dengan karya-karyamu yang sangat indah. Selamat hari kelahiramu bung Widji Thukul, dimanapun engkau berada semoga tuhan selalu menyertaimu. Kini keluarga Widji Thukul dengan keluarga-keluarga aktivis yang hilang terus meminta keadilan kepada pemerintah Indonesia agar bisa kembali.