Hal itu dimanfaatkan pemerintahan militer Myanmar, dengan menjadikan media sosial, khususnya Facebook sebagai sarana penyebaran berita propaganda-propaganda. Kaum muslim Rohingnya pun menjadi salah satu sasaran dari kejamnya dunia manipulasi dan dampak dari hoax yang mudah tersebar sampai-sampai Facebook kewalahan mengatasi maraknya berita bohong dan ujaran kebencian di Myanmar.Â
"Di Myanmar, saat orang memikirkan media massa, memikirkan internet, yang terpikir adalah Facebook," kata Chyntia M. Wong, mantan Peneliti Internet Senior di Lembaga HAM dalam film tersebut.
Salah satu ujaran yang sangat dalam dan mengubah sudut pandang saya yakni "Jika kita ingin mengendalikan populasi negaramu, tak pernah ada alat yang seefektif Facebook," kata Roger McNamee, Early Investor Venture Capitalist Facebook. Saya langsung berfikiran bahwa segitu besarnya kekuatan media sosial khusunya facebook. Hal yang penting selanjutnya adalah tentang bagaimana algoritma media sosial bekerja, merayu dan mengeksploitasi manusia, hingga bermuara pada hancurnya kehidupan manusia.
2. Jika Kau tak Membayar, Berarti Kaulah ProduknyaÂ
Tidak dapat dipungkir, kini sosial media telah memberikan banyak kemudahan untuk kita saat ini. salah satunya kemudahan dalam berkomunikasi dari teman-teman, saudara, keluarga yang sedang berada jauh jaraknya kini terasa dekat begitu saja. Kita juga dapat menemukan berbagai macam platform yang mampu mempermudah sistem kehidupan kita di era digital saat ini.Â
Namun dibalik dari hal itu akan berubah total bila kita melihanya dari sisi yang sebaliknya, misalkan media sosial juga turut berkontribusi besar dalam kasus pencurian data, kecanduan teknologi, berita palsu, hoax, juga polarisasi di tengah masyarakat.Â
Nampaknya tak kita sadari kebanyakan layanan di internet sepertinya gratis, ternyata tidak beberapa platform ternyata berbayar. Semua itu dibayar oleh pengiklan. Untuk apa layanan itu dibayar oleh pengiklan? Supaya iklan mereka bisa banyak dilihat dan ditampilkan ke kita sebagai pengguna melalui layanan tersebut. Perhatian kita adalah produk yang dijual kepada pengiklan.Â
Saat ini dibalik layar internet, perusahaan dan platform-platform tersebut sedang berlomba-lomba menarik perhatian pengguna. Dengan menyuguhkan konten maupun berbagai macam cara yang mampu memikat perhatian kita. Mereka berlomba-lomba bagaimana supaya manusia bisa terpaku berjam-jam di depan layar sembari menggunakan platform mereka. Begitulah cara kerja iklan di internet, semakin banyak penonton maka semakin dekat dengan goals yang dituju.
"Jika kau tidak membayar produknya, berarti kaulah produknya," Ujar Aza Raskin, Co-Founder Center for Humane Technology yang juga mantan pekerja di Firefox & Mozilla Labs.
3. Algoritma di Media SosialÂ
Tak kita sadari hampir semua kegiatan yang kita lakukan di internet akan diawasi, direkam dan akan diukur. Setiap tindakan yang kita lakukan direkam dan dipantau dengan sangat hati-hati. Internet akan mengetahui seberapa sering kita melihat gambar tersebut dan gambar apa yang sering kita melihatnya, konten apa yang kita sukai, konten yang kita komentari, dan juga bagikan.
Dari pernyataan diatas, perusahaan internet mengetahui kapan kita sedih, senang, kesepian maupun depresi. Mereka tahu apapun yang kita lakukan didepan layar, hingga mereka tahu kita seorang ekstrovert maupun introvert. Data-data tersebut digunakan untuk memprediksi konten seperti apa yang akan direkomendasikan ke kita yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita, sehingga kita semakin betah menatap layar ponsel, karena dari situlah mereka mendapatkan pundi-pundi uang.
Dengan kepintaran A.I dibalik layar handphone kita, mereka menciptakan sebuah boneka ragdoll yang dirancang menyerupai diri kita dari semua yang kita lakukan, semua klik , semua video yang kita tonton, semua tombol like, semuanya akan diolah menjadi boneka  yang terus berkembang hingga terus mendekati kita seperti diri nyata kita. Karena kepandaian A.I akan selalu berkembang dan semakin pandai memprediksi apa pun itu ketertarikan kita.
"Jadi, semua data yang kita berikan setiap saat, dimasukkan ke sistem yang nyaris tak diawasi manusia, yang terus membuat prediksi yang makin membaik tentang apa yang kita lakukan dan siapa kita," kata Sandy Parakilas, mantan Manajer Operasi Facebook.Â