Tahukah Anda bahwa setiap tahun, jutaan ton sampah dihasilkan oleh wisatawan di berbagai destinasi populer di seluruh dunia? Di Indonesia saja, tempat wisata yang seharusnya menjadi simbol keindahan alam justru terancam rusak akibat menumpuknya sampah. Pantai-pantai yang pernah bersih kini dipenuhi sampah plastik, dan gunung-gunung yang indah menjadi tempat pembuangan sampah.
Kota Parepare, yang dikenal dengan penghargaan Adipura yang diraihnya, seharusnya menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam hal pengelolaan kebersihan dan lingkungan, tentu saja memberikan kebanggaan bagi pemerintah dan warga kota. Namun ironisnya, meskipun Kota Parepare telah menerima penghargaan bergengsi tersebut, masalah sampah yang menumpuk masih menjadi kenyataan yang tak terhindarkan di beberapa titik kota ini.
Bahkan di area publik terutama tempat wisata yang sering kali dikunjungi oleh masyarakat Kota Parepare salah satunya Pantai Cempae yang seharusnya terjaga kebersihannya. Meskipun pemerintah daerah sudah berusaha untuk menjaga kebersihan, kenyataannya, masalah sampah di Pantai Cempae menunjukkan bahwa pengelolaan kebersihan yang ada belum sepenuhnya efektif dan berkelanjutan.
Lokasi sampah yang paling parah di Pantai Cempae ditemukan di sepanjang pinggir pantai, di mana tumpukan sampah plastik dan sisa-sisa makanan terlihat mengganggu keindahan alam. Selain itu, tumpukan sampah yang mencemari lingkungan terletak di bawah tangga yang menghubungkan area pantai dengan pemandangan dari atas. Tangga ini, yang seharusnya menjadi akses untuk menikmati panorama indah Pantai Cempae, justru mengurangi kenyamanan pengunjung yang ingin menikmati pemandangan laut dari ketinggian.
Masyarakat lokal Cempae berpendapat bahwa banyaknya sampah di Pantai Cempae tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada kurangnya kesadaran masyarakat sekitar. Menurut mereka, sampah yang menumpuk di pantai juga disebabkan oleh faktor alam, terutama sampah yang terbawa oleh arus ombak dari laut. Ombak yang datang dari wilayah lain dapat membawa sampah plastik, botol, atau material lainnya ke pantai tersebut, yang menyebabkan tumpukan sampah yang sulit dikendalikan. Selain itu, Masyarakat lokal merasa bahwa tanpa adanya organisasi seperti komunitas peduli lingkungan yang secara rutin membersihkan pantai dan mengedukasi pengunjung mengenai kebersihan, masalah sampah akan terus berlanjut.
Sementara itu, pendapat wisatawan yang berkunjung ke Pantai Cempae lebih fokus pada ketidaknyamanan yang mereka alami akibat banyaknya sampah di sekitar pantai. Sampah yang tersebar di sepanjang pantai mengurangi estetika tempat tersebut, membuat suasana tidak nyaman, dan bahkan mengganggu saat mereka ingin mengambil foto atau dokumentasi. Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, karena sampah-sampah tersebut dapat mencemari air laut dan membahayakan ekosistem pantai.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang "Pengelolaan Sampah" Undang-Undang ini bertujuan untuk mengatur pengelolaan sampah secara efektif dan berkelanjutan guna menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Namun, meskipun sudah ada regulasi yang mengatur hal ini, pelaksanaannya di lapangan masih sangat terbatas, terutama di daerah seperti Pantai Cempae. Kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi kebersihan di daerah ini.
Adapun studi kasus dari kota lain yang berhasil mengatasi masalah serupa yaitu Kota Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, menghadapi masalah sampah yang cukup besar seiring dengan pertumbuhannya. Pada tahun 2011, Kota Surabaya berhasil memperoleh penghargaan Adipura, meskipun pada saat itu masalah sampah masih menjadi tantangan besar.
Namun, Kota Surabaya sudah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah program "Bank Sampah", yang melibatkan warga dalam mengelola sampah rumah tangga. Selain itu, pemerintah kota juga mengembangkan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), yang memungkinkan sampah diolah menjadi produk bernilai, seperti kompos atau energi.
Ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dapat mengurangi volume sampah yang dibuang sembarangan, mengubah sampah menjadi produk bernilai, dan menciptakan kesadaran lingkungan yang lebih tinggi. Dengan langkah-langkah strategis ini, Surabaya berhasil mengatasi masalah sampah meskipun tantangan besar masih ada, dan bisa menjadi contoh bagi kota lain dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Adapun langkah utama yang dapat diterapkan adalah melakukan penyuluhan atau rencana aksi jangka panjang. Untuk mengatasi sampah di tempat wisata adalah dengan membuat aturan yang mengharuskan pengunjung membawa kantong sampah sendiri, serta menyediakan tempat sampah yang cukup dan mudah dijangkau di area wisata. Ini adalah langkah nyata yang bisa langsung diimplementasikan oleh pengelola tempat wisata.
Tidak kalah pentingnya, Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan wisatawan adalah kunci untuk memastikan bahwa Kota Parepare di Pantai Cempae tidak hanya meraih penghargaan, tetapi juga menjadi contoh nyata pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H