Mohon tunggu...
Ilfiana Riski Saputri
Ilfiana Riski Saputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

semangat

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pola Asuh Otoriter

16 Juni 2024   09:18 Diperbarui: 16 Juni 2024   09:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pola asuh otoriter dan pengaruhnya terhadap pikiran anak 

Pola asuh otoriter adalah suatu bentuk pola asuh yang  tuntutan yang besar dan daya tanggap yang rendah.
Orang tua dengan pola asuh seperti ini mempunyai harapan yang sangat tinggi terhadap anaknya, namun hanya memberikan sedikit pendidikan atau perhatian. Mereka juga sering mengontrol atau mengatur anak-anaknya dan tidak mengizinkan mereka berekspresi. 

Orang tua yang otoriter tidak memberikan banyak kebebasan kepada anak-anaknya.Pendidikan  otoriter juga ditandai dengan tingkat disiplin yang tinggi.

Kesalahan biasanya dihukum berat. Berteriak, menghukum secara fisik, dan bersikap dingin secara emosional adalah ciri-ciri umum dari pola asuh otoriter. Tujuan dari pola asu adalah untuk agar orang dewasa yang patuh pada figur otoritas dan selalu penuh hormat. 

Sayangnya, pola asuh seperti ini justru lebih banyak memberikan dampak negatif dibandingkan positif, terutama pada kesehatan mental anak.
Berikut beberapa dampak negatif pola asuh otoriter terhadap kesehatan mental anak:

1. Anak lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental Pola asuh otoriter Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental anak sejak  dini. Akibatnya, anak-anak dari orang tua yang otoriter lebih mungkin terkena penyakit mental saat dewasa. Banyak penelitian  menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang tegas lebih mungkin menderita depresi, kecemasan, dan  masalah agresi.

2. Anak kehilangan harga diri Jika anak  selalu  menuruti orang tua dan terus menerus dimarahi, maka ia tidak akan bisa mengungkapkan perasaannya. Akibatnya, mereka tumbuh menjadi orang yang memiliki harga diri rendah  dan merasa tidak nyaman dibandingkan dengan teman-temannya.

3. Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah Selain itu, pola asuh otoriter juga dapat menurunkan harga diri dan kepercayaan diri anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter  cenderung tumbuh menjadi introvert dan enggan menghadapi tantangan dalam pekerjaan. Mereka mungkin juga bereaksi negatif terhadap situasi serupa  di luar rumah.

Tips  Menghindari Pola Asuh Otoriter Tentu semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Mereka juga ingin anak-anak di lingkungannya tumbuh menjadi orang-orang yang baik dan sukses. 

Namun para ibu  tidak ingin kehilangan keintiman dengan si kecil bukan? Agar perkembangan fisik dan mental anak tetap baik dan optimal, berikut beberapa tips  menghindari pola asuh otoriter.Belajar mendengarkan anak Anda Cobalah mendengarkan  anak Anda dengan sabar tanpa bereaksi secara spontan.

Penting untuk mendengarkan dan memvalidasi emosi anak agar mereka dapat mengenali  emosinya dan mengembangkan  pengendalian diri. Menentukan peraturan rumah. 

Menetapkan peraturan dan memastikan semua orang di  rumah, termasuk anak-anak dan orang tua mereka, memahami peraturan ini.
Ketika semua orang  mengetahui peraturannya, akan lebih mudah bagi para ibu untuk menegakkannya dan mendapatkan hasil yang konsisten. Gunakan konsekuensi logis. 

Pelanggaran peraturan rumah mempunyai konsekuensi yang konsisten namun masuk akal. Hindari  hukuman fisik dan jangan mempermalukan anak ketika dia melakukan kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun