Lah, kenapa sih pada mempermasalahkan Pak Ade Armando dkk yang bikin Civil Society Watch (pengawas masyarakat sipil)? Saya agak menentang sikap antidemokrasi kawan-kawan yang tidak menghormati hak berserikat Pak Ade ini. Beliau berhak untuk bikin organisasi apa saja termasuk kalau organisasinya punya tujuan mengawasi masyarakat sipil.
Coba kita merujuk kembali ke tweet Pak Ade ketika mengumumkan pembentukan CSW beberapa waktu lalu.
"Kami adalah Civil Society Watch. Kami berdiri untuk mrmbantu menjaga agar kelompok2 LSM, NGO, media massa, ormas tetap menjadi kekuatan yg sehat dalam Demokrasi."
Maaf ya kalau typo di tweet-nya nggak saya benerkan, biar orisinal gitu lo.
Bagi saya mengawasi masyarakat sipil itu sah dan bahkan perlu. Macam-macam deh CSW ini diserang, dibilang "cepu" lah. Ada juga yang bilang, "Lah kok malah mengawasi masyarakat sipil? Yang perlu diawasi itu penguasa!"
Heuheu. Mungkin mereka terlalu mengaitkan ke sepak terjang Pak Ade (wa ashabihi) yang memang pernah membenarkan kalau dirinya Jokower (di Podcast Three Two One Close The Door). Oleh karena itu, Pak Ade dianggap dengan CSW-nya akan "menyerang" kelompok-kelompok oposisi yang berseberangan dengan Jokowi.
Saya tidak melihatnya seperti itu. Boleh dong? Boleh kan? Ya iyalah boleh. Apalagi kan CSW belum menunjukkan betul-betul bagaimana kiprahnya. Jadi saya lebih bebas untuk menyampaikan apa yang kemungkinan Pak Ade dan CSW lakukan.
Konsep civil society itu sebenarnya bisa butuh 1-2 pertemuan kuliah buat selesai dibahas. Tapi yo, kita bisa merujuk kembali ke tweet Pak Ade. Beliau menyebutkan civil society sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau NGO, media massa dan ormas. Menurutnya, kelompok-kelompok ini harus jadi kekuatan yang sehat dalam demokrasi.
Sekali lagi, apa salahnya?
Coba kita lihat kemungkinan apa saja yang dapat dilakukan CSW dalam mewujudkan kekuatan sehat dalam demokrasi dengan mengawasi civil society.
CSW bisa membantu agar civil society benar-benar menjadi penengah antara masyarakat umum dan pemerintah. Civil society harus menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan publik sembari tetap menjaga jarak dengan istana.
Jadi kalo, misalnya... ketua YLBHI Asfinawati (contoh aja lo ya, mbak!) tiba-tiba jadi komisaris Angkasa Pura. Loh, CSW harus marah. Pak Ade bisa datang ke kantor YLBHI dan negur mbak Asfin, "Loh kamu kan ketua YLBHI, kok malah di kubu penguasa?! YLBHI bisa tidak netral lagi dong!"
CSW juga harus bersikap kalau-kalau, misalnya, Greenpeace Indonesia diam-diam aja ketika Kalimantan Selatan dilanda banjir besar lagi. Atau, Greenpeace tidak menyinggung soal eksploitasi tambang batu bara yang luar biasa di sana, yang berakibat sebagian wilayah Kalsel tenggelam. "Loh, Greenpeace buat apa sih ada di sini, kalau begini sikapnya? Mending bubar saja!" kata anak CSW di layar kaca.
Bisa juga CSW berusaha membantu dibentuknya LSM atau NGO baru di bidang yang belum ada. Misalnya, LSM yang melakukan pendidikan politik bagi masyarakat kelas bawah belum ada nih. Padahal penting lo, biar orang yang ga layak ga terpilih di pemilu. Ya udah, CSW bisa nyariin figur yang berkapasitas untuk membuatnya.
Nah keren kan kalo CSW begini? Jadi yang bilang CSW akan jadi cepu yang hanya melaporkan dan mengawasi oposisi kritis, itu terlalu berburuk sangka saya kira. Masa sih Pak Ade Armando yang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia begitu? Gak lah. Saya nggak percaya intelektual bisa begitu.
Namanya aja kan Civil Society Watch, bukan Opposition Watch atau Critic Watch. Jadi yang diawasi tentu saja masyarakat sipil secara umum.
"Demokrasi yang sehat" dibangun dari masyarakat sipil yang mampu mengkritik dengan sehat sekaligus memiliki kebebasan dalam menyuarakannya.
Tidak mustahil kalau pengawasan yang dilakukan CSW juga pada civil society yang sedang diopresi oleh civil society lainnya maupun oleh pemerintah.
Jadi jangan kira CSW nanti akan menyerang, menjatuhkan, dan melaporkan (cepu) civil society tertentu. Loh ndak gitu, saya kira. Justru CSW akan berusaha membangun iklim kondusif agar tidak ada gesekan antara civil society satu dan yang lainnya. Juga untuk mengawasi agar pemerintah tidak semena-mena pada civil society yang kritis.
That's it, itu bagi saya nantinya CSW akan berkiprah.
O iya satu lagi, CSW juga harus mengawasi apabila elemen masyarakat sipil ini tidak memiliki kemampuan untuk kritis. CSW dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat sipil bagaimana berargumen yang baik dan tepat dan agar tidak kena delik. Loh, kaya gini kan justru CSW sangat tidak pro penguasa, malah semakin membuat banyak elemen masyarakat yang mampu memberikan resistensi kepada pemerintah supaya tidak menjadi otoriter.
Gitu lo CSW. Tentu saja ini hanya sebatas baik sangka saya. Kalau nantinya tidak sesuai, ya ndak apa-apa heuheu. Kan kata nabi, kalau berbaik sangka ternyata sangka kita salah, kita tetap dapat pahala. Hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H