SBMPTN telah berlalu, pengumuman telah datang, tapi tak semua orang bisa senang. Ada yang bisa berhasil mendapat apa yang selama ini diharapkan, tetapi ada juga yang harus mengikhlaskan impian yang ternyata belum bisa digapai tahun ini. Mungkin tahun depan, dua tahun lagi, atau tidak sama sekali.
Namun, tanpa disadari ternyata momentum pengumuman seleksi PTN---bukan hanya SBMPTN---seakan mengandung nilai kapitalisme di dalamnya. Mungkin secara eksplisit hanya sebatas pengumuman yang memisahkan antara yang berhasil dan gagal. Padahal, dampak dari adanya pengumuman seperti ini menyebabkan sebuah keadaan yang mirip seperti dampak kapitalisme di masa lampau. Terutama kapitalisme yang ditolak oleh Karl Marx pada masanya.
Sebelum lebih jauh lagi, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa itu kapitalisme. Kalau mendengar kata "Kapitalisme" yang muncul di benak kita biasanya sosok Adam Smith. Sejak di sekolah dahulu, kita diajarkan bahwa pencetus sistem kapitalisme ini adalah Adam Smith. Tidak salah, tetapi kurang tepat karena nyatanya tidak ada satu pun karya Adam Smith yang menyebut kata "Kapitalisme". Justru orang pertama yang menyebut kata "Kapitalisme" dalam bukunya adalah Karl Marx sang tokoh komunis. Â Tapi, kalau saya bahas lebih jauh lagi tentu akan terlalu panjang. Jadi, silakan cari saja literatur soal kapitalisme.
Intinya kapitalisme adalah sebuah mode produksi untuk mencapai tujuan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Semua orang diberi kebebasan untuk mengatur pasar dan produksi demi mencapai tujuan keuntungan individu. Memang pemikiran ini datang dari Adam Smith, tetapi nama kapitalisme bukan darinya.
Fenomena yang terjadi dari kapitalisme ini adalah orang yang mempunyai modal akan bisa bebas melakukan apa pun demi mencapai keuntungan. Begitulah yang disampaikan Karl Marx. Dengan demikian, terjadilah fenomena yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Karena yang kaya (mempunyai modal) bisa bebas menentukan harga barang, bahkan bebas menentukan gaji SDM dalam proses produksi, maka yang miskin (pekerja/proletar) sangat mungkin mendapat upah sangat kecil untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik modal.
Lantas, apa hubungannya pengumuman seleksi PTN dengan kapitalisme? Percayalah, Kawan. Hampir setiap pengumuman seleksi PTN mengandung sistem kapitalisme terselubung. Cara kerja kapitalismenya tidak terlihat, tetapi dampaknya sangat tampak mirip dengan dampak kapitalisme.
Ketika pengumuman seleksi PTN, akan sangat terlihat kesenjangan antara pemilik kebahagiaan dan yang tidak memiliki kebahagiaan. Orang bahagia akan semakin bahagia dan orang yang bersedih akan semakin merasa dirinya sampah. Hal ini terjadi karena adanya teknologi bernama "media sosial".
Sejatinya dampak media sosial begitu dahsyat. Ketika pengumuman seleksi PTN, akan ada orang-orang yang "pamer" kebahagiaan di media sosial. Banyak orang yang upload story telah diterima di sebuah perguruan tinggi negeri.. Sembari memuji Tuhan---bahkan ada yang sambil menyombongkan usaha yang telah dilakukan---mereka pamer keberhasilan tanpa peduli ada teman-teman mereka yang gagal dalam seleksi masuk PTN itu.
Dengan adanya story itu, akan ada banyak orang yang gagal merasa semakin tak berguna. Ketika mereka terjatuh, butuh dukungan, yang mereka lihat nyatanya hanya rentetan kebahagiaan orang yang dia juga harapkan tetapi belum bisa didapatkan. Ini bisa membuat orang semakin bersedih. Tentu muncul di benak mereka kenapa orang lain bisa, sedangkan dia tidak. Biarpun sebetulnya salah sendiri ketika orang lain belajar, dia malah sambat di Twitter.
Bukan hanya orang gagal yang semakin merasa gagal ketika melihat kebahagiaan orang lain diterima di PTN impian. Orang yang bahagia pun bisa merasa semakin bahagia ketika ada orang yang "pamer kesedihan". Tidak sedikit orang yang gagal, lalu upload story tentang kegagalan mereka, lalu upload story kata-kata bijak soal perjuangan dan keikhlasan. Padahal kalau memang ikhlas, ya, jangan upload di story, dong.
Dampak dari adanya story "orang-orang gagal" itu membuat mereka yang berhasil semakin besar kepala. Lupa bahwa ada kehendak Tuhan di balik keberhasilan dan kegagalan. Banyak yang merasa bahwa dirinya sangat hebat ketika dia berhasil menggapai PTN impian, sedangkan banyak temannya yang gagal. Dengan adanya fenomena itu, terjadilah sebuah keadaan yang membuat "yang bahagia semakin bahagia, yang menderita semakin menderita".
Jadi, begitulah kurang lebih sisi kapitalisme dalam pengumuman seleksi masuk PTN. Saya tidak menyalahkan sistem yang berlaku dari seleksi masuk PTN dan pengumumannya. Sistem sekarang sudah baik untuk memudahkan calon mahasiswa dan banyak pihak lain. Hanya saja, saya harap orang-orang bisa lebih bijak dalam bermedia sosial. Kita tidak pernah tahu ada berapa orang yang merasa tidak berguna hanya karena satu story yang kita unggah. Dan, kita juga tidak tahu ada berapa banyak orang yang lupa kepada Tuhan hanya karena satu story yang kita unggah.
Bandung. 24 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H