Mohon tunggu...
Ilam Maolani
Ilam Maolani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Alung Rawawis (Anak Galunggung dari Rawa Sindangraja), If wealth is lost, nothing is lost; If health is lost, something is lost; If CHARACTER IS LOST, EVERYTHING IS LOST

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Harus dengan JK

4 April 2014   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1396578582183491004

(sumber foto: detik.com)

Strategi PDIP dengan menyodorkan Jokowi menjadi capres sepertinya bakal menghasilkan keuntungan yang besar. Hampir semua baliho dan spanduk caleg PDIP di seluruh Indonesia mencantumkan nama dan foto Jokowi sebagai capres PDIP, di samping juga ada kata Indonesia Hebatnya. Jokowi semakin terkenal dan dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Jokowi effect benar-benar centang membahana. Maka besar kemungkinan suara PDIP akan lebih meningkat dibandingkan dengan pemilu 2009 yang lalu.

Namun demikian bukan berarti Jokowi akan sukses menjadi presiden RI pada pilpres 2014 ini. Populer belum tentu akan menang. Pesaing-pesaing berat Jokowi tentu akan menyusun strategi jitu untuk mengalahkan Jokowi. Menurut 'kaca mata' penulis, hanya ada dua orang yang layak menjadi pesaing berat Jokowi, yaitu Pak Yusuf Kalla atau lebih dikenal dengan sebutan JK dan Pak Dahlan Iskan (DI). Capres selain dua orang tersebut dianggap sebagai pesaing yang tidak terlalu berat atau sedang-sedang saja.

Jika pak JK dan Pak DI benar-benar maju sebagai capres, maka peta persaingan capres antara ketiganya akan semakin rame dan menegangkan. Ibarat permainan sepakbola, ketiga 'pemain' tersebut layak disebut pemain bintang lapangan.

Khusus capres Jokowi dan JK, apabila satu diantara keduanya rela menjadi cawapres lalu bersanding menjadi capres dan cawapres, maka itulah pasangan idealnya. Kenapa Jokowi harus dengan JK? Teman saya bilang, "Karena JOKOWI tanpa JK, jadinya OOWI".  he..he..he....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun