Mohon tunggu...
Nurul Faizah
Nurul Faizah Mohon Tunggu... Guru - Baru sampai bisa titik. Belum di akhir titik.

Emak-emak yang mencoba menggairahkan diri pada menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengambil Keputusan Berbasis Etika: Mewujudkan Pembelajaran yang Memerdekakan

24 Oktober 2024   01:18 Diperbarui: 24 Oktober 2024   01:41 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terangkum dalam Pratap Triloka (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani) menjadi landasan utama bagi Guru Penggerak dalam menjalankan peran sebagai pemimpin pembelajaran. Filosofi ini menekankan bahwa seorang guru, baik sebagai pemimpin di depan, motivator di tengah, maupun pendorong di belakang, harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Keputusan yang diambil harus mampu menuntun murid untuk merdeka belajar, yang berarti memberikan kebebasan yang bertanggung jawab bagi murid untuk berkembang sesuai potensi mereka masing-masing.

Sebagai pemimpin, keputusan yang diambil tidak hanya dilihat dari aspek hasil tetapi juga dari proses yang mendukung murid dalam pengembangan karakter dan kemandirian. Oleh karena itu, keputusan yang diambil oleh Guru Penggerak harus selaras dengan nilai-nilai etika yang mencerminkan kepedulian dan keberpihakan pada murid. Pengambilan keputusan yang mencerminkan filosofi Ki Hajar Dewantara ini akan menciptakan lingkungan sekolah yang positif dan kondusif, di mana murid merasa aman dan dihargai.

Peran Nilai-nilai dalam Pengambilan Keputusan Etis

Dalam setiap pengambilan keputusan, nilai-nilai yang dianut seorang pemimpin pembelajaran berperan sangat penting. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab menjadi landasan utama bagi Guru Penggerak dalam menghadapi dilema etika. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, nilai-nilai ini memastikan bahwa setiap tindakan atau kebijakan yang diterapkan selalu didasari oleh pertimbangan moral yang benar.

Misalnya, dalam menghadapi perbedaan kebutuhan murid dalam pembelajaran berdiferensiasi, Guru Penggerak diharuskan mengambil keputusan yang tidak hanya efektif, tetapi juga adil dan berpihak pada setiap murid. Dengan demikian, pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kuat akan menciptakan proses belajar yang lebih inklusif dan berpihak pada murid, di mana setiap murid mendapatkan kesempatan yang setara untuk berkembang.

Keterkaitan Pengambilan Keputusan dengan Proses Coaching

Pengambilan keputusan juga berkaitan erat dengan proses coaching, di mana pendampingan atau bimbingan dari fasilitator membantu pemimpin pembelajaran untuk merefleksikan dan mengevaluasi keputusan yang diambil. Coaching memberikan ruang bagi Guru Penggerak untuk mempertanyakan kembali efektivitas keputusan yang telah diambil serta dampaknya terhadap lingkungan belajar. Apakah keputusan yang diambil sudah sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini? Apakah keputusan tersebut benar-benar mendukung murid dalam mengembangkan potensinya?

Proses coaching juga memungkinkan Guru Penggerak untuk mendapatkan umpan balik yang konstruktif dalam rangka memperbaiki pengambilan keputusan di masa mendatang. Coaching bukan hanya soal perbaikan teknis, melainkan juga proses reflektif yang membantu mengasah kebijaksanaan moral dalam mengambil keputusan yang lebih matang dan berpihak pada murid.

Pengaruh Aspek Sosial-Emosional dalam Pengambilan Keputusan

Keberhasilan seorang Guru Penggerak dalam mengambil keputusan yang etis sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelola aspek sosial-emosional. Pemimpin pembelajaran yang mampu mengenali dan mengelola emosinya dengan baik akan lebih bijaksana dalam menghadapi dilema etika. Misalnya, ketika seorang guru dihadapkan pada situasi yang menantang secara emosional, seperti menangani konflik antar murid atau masalah perilaku, kemampuan untuk tetap tenang dan objektif sangat diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun