Mohon tunggu...
Aulia Harridhi Khilal
Aulia Harridhi Khilal Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi universitas islam negeri maulana malik ibrahim malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sistem 3F (Freeze, Flight, and Fight)

29 Mei 2015   07:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang juga dapat menjauhkan dirinya dari orang yang tidak di inginkan (orang yang dimaksud disini  bersifat subjektif tergantung dari individu masing-masing) dengan cara bersandar menjauhi orang tersebut, menaruh barang (dompet) di paha, atau mengarahkan kakinya ke pintu keluar terdekat. Semua perilaku ini diatur oleh otak limbik dan mengindikasikan bahwa seseorang ingin menjauhkan diri dari sesuatu, seseorang, atau bahaya yang ada pada lingkungannya.

Melawan (Fight)

Respon Melawan adalah taktik terakhir otak limbik untuk bertahan hidup dengan cara menyerang. Saat seseorang menghadapi bahya dan tak dapat menghindari deteksi dengan cara membeku atau menyelamatkan diri dengan cara berlari (pergi) menjauh, satu-satunya alternatif adalah bertarung. Dalam evolusi kita sebagai spesies, kita dan mamalia lainnya, membangun strategi untuk mengubah rasa takut menjadi perlawanan untuk mengalahkan si penyerang (Panksepp, 1998, hal. 208). Karena upaya kita untuk mengungkapkan kemarahan kadang menjadi tidak praktis ataupun legal di dunia modern, maka otak limbik membangun strategi lain, selain respon perlawanan yang primitif.

Salah satu bentuk agresi di jaman moderen ini adalah argumen. Meskipun kata argumen awalnya berkaitan dengan debat dan diskusi, kata ini kemudian digunakan untuk menjelaskan pertengkaran verbal. Argumen yang memanas pada dasarnya adalah "perkelahian" tanpa kontak fisik. Hinaan, kata-kata yang menghakimi, tuduhan, kesangsian terhadap suatu integritas, provokasi, dan kata-kata sinis adalah persamaan perkelahian di jaman moderen, karena itu semua adalah bentuk agresi secara verbal. Apabila anda memikirkannya, perkara hukum dapat disamakan sebagai jenis hukuman sosial di jaman moderen atau agresi dimana kedua belah pihak yang bertikai saling mengungkapkan pandangan masing-masing. Walaupun saat ini manusia semakin jarang terlibat dalam perkelahian fisik, perkelahian masih menjadi senjata sistem limbik kita. Meskipun beberapa orang memiliki kecenderungan untuk lebih banyak terlibat dalam kejahatan dari yang lain, respon limbik kita muncul dalam berbagai bentuk selain menonjok, menendang, dan menggigit. Anda dapat menjadi agresif tanpa terlibat kontak fisik, contohnya, dengan menggunakan postur atau sorot mata anda, dengan membusungkan dada, atau dengan mengganggu "ruang" orang lain. Ancaman pada ruang personal mendorong respon limbik pada level individu.

Umumnya, respon ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada saat awal pengambilan keputusan, karena respon "perlawanan" adalah pilihan terakhir saat menghadapi ancaman, maka gunakan hanya setelah respon membeku atau menghindar tak berhasil. Karena pada dasarnya (pada jaman sekarang)  kebanyakan hal yang dapat menimbulkan bahaya adalah dari manusia itu sendiri. maka dari itu tindakan agresif dari respon "perlawanan" baik itu secara verbal maupun fisik sangat tidak dianjurkan. terlepas dari alasan legal ataupun fisik ketika melakukan agresi dapat menimbulkan gangguan emosi yang membuat kita susah untuk berkonsentrasi dan berpikir jernih mengenai situasi yang terjadi, pada akhirnya solusi yang ditempuh tidak akan baik atau memuaskan.

Dari ketiga respon tadi kita telah mengetahui bagaimana mekanisme dan pengertiannya bahkan hingga contoh-contoh kecil dari perwujudan respon tersebut. semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Sumber:

Navarro, J., Karlins, M. (2008). What Everybody is Saying.

Navarro, J. (2014). Cara Cepat Membaca Bahasa Tubuh. (edisi pertama, hlm. 40-53). CHANGE, Jakarta Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun