Mohon tunggu...
Ila RokhmatulFanani
Ila RokhmatulFanani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

PIAUD UIN Malang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kontroversi Pelarangan Sedotan Plastik

11 November 2019   17:09 Diperbarui: 11 November 2019   17:16 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah berbagai negara kimia adalah sampah plastik dan juga plastik itu sendiri. Kini, perhatian dunia tidak lagi hanya berpangku pada penggunaan penggunaan kantong plastik tetapi juga penggunaan sedotan plastik.

Data yang diperoleh oleh National Geographic, di Amerika Serikat penggunaan sedotan plastik sendiri sudah mencapai 500 juta sedotan setiap hari. Tetapi menurut data yang dimuat dalam jurnal yang dikutip oleh Statista yang yang dipublikasikan oleh Wall Street, Amerika Serikat berada di peringkat ke-12 dalam daftar negara-negara terbanyak dalam menghasilkan sampah plastik. Termasuk sampah sedotan plastik, apalagi sampah plastik itu sendiri menumpuk di lautan.

Dari data yang dihasilkan meskipun sampah sedotan plastik hanya memakan 0,025% dari 8 juta ton plastik yang mengalir ke lautan, tetapi gerakan yang di populerkan oleh masyarakat yaitu "gerakan anti sedotan" seolah-olah semakin merajalela di berbagai negara.

Dari Nasional Geografi, keberadaan sedotan sebenarnya sudah ada sejak peradaban bangsa sumeria kuno. Namun kala itu sedotan belum begitu populer, sampai sekitar tahun 1930-an seorang ilmuwan menemukan sedotan yang bisa ditekuk tanpa putus.

Berkat penemuan tersebut, para pasien di rumah sakit dapat meminum dengan mudah tanpa harus bersusah payah duduk. Kemudian pada tahun 1969 perusahaan yang didirikan oleh ilmuwan tadi beralih tangan kepada orang lain sehingga orang tersebut memproduksi sedotan menggunakan bahan baku plastik.
Tetapi saat ini hal itu menjadi dilema masyarakat, karena sampah plastik akan sulit terurai ketika sudah tidak terpakai. 

Ada berbagai alasan mengapa alternatif sedotan plastik yang lebih ramah lingkungan bukanlah solusi yang tepat. Seperti halnya sedotan logam, hal itu dapat berbahaya bagi kesehatan.

Sedotan logam tidak nyaman saat digunakan, selain itu juga berbahaya ketika digunakan untuk meminum minuman panas. dokter dari smileNC komestik and implant dentistry di New York mengatakan bahwa "menggigit sedotan logam bisa berbahaya bagi gigi dan kesehatan".

Gerakan anti sedotan plastik memang baik bagi lingkungan. Tetapi beberapa faktor yang telah dijelaskan diatas patut dipertimbangkan, masalahnya ketika anda dapat meminum langsung dari gelas mengapa harus mempermasalahkan penggunaan sedotan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun