Mohon tunggu...
Ikuta Zen
Ikuta Zen Mohon Tunggu... Wiraswasta - menulis puisi sejak 2015

.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terpaksa Kuat sampai Fajar Terbenam

5 Februari 2023   21:14 Diperbarui: 5 Februari 2023   21:22 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin meniupkan embun
pada senja yang rimbun

Menghitung berapa lama aku harus perkasa
namun aku manusia lemah dan masih tak kuasa
menggapai lembar kekuatan menyamar cahaya

Sesuatu sia-sia, pengharapan belaka
berbicara bisik yang sepi seperti terusik
sesuatu hilang kini sudah nestapa
belungu-belungu putus asa jatuh berserak

Mengapa bumi berputar terlalu cepat
menyisih tanda runyam di biang langit
aku berdiri tegar, diam yang terpagur
terpaksa kuat hingga fajar terbenam
aku akan kuat

"Aku akan hidup dengan caraku sendiri
- bahkan lebih dari percuma sampai sempurna"
sampai jari telunjuk tangan sebelah kanan
menyentuh kelenjar langit yang tertutup senja
dan aku pulang -- kemana arah sudah tak menentu
di hadapan abadi yang telah hilang

Angin merebahkan kepala di kaki gunung
sampai fajar terbenam, aku kuat
tak lagi menjamah arah ataupun peta
ialah kemana kepastian sudah tak kemana
di hadapan abadi yang telah hilang

 

Banjarmasin, November 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun