Belum pernah saya begitu penasaran dengan sebuah kasus pembunuhan yang menimpa seseorang.
Barangkali, hanya kasus pembunuhan Gamma -- seorang siswa SMK di Semarang -- yang begitu ingin saya kulik lebih dalam. Kasus pembunuhan ini menurut saya bukan hanya kasus pembunuhan biasa. Ada dua hal yang membuat saya menaruh perhatian pada kasus ini.
Pertama, pembunuhan ini dilakukan oleh seorang aparat kepolisian. Kedua, adanya pemutarbalikkan fakta bahwa korban pembunuhan adalah pelaku tawuran yang dari persepsi kepolisian boleh dihilangkan nyawanya karena berpotensi merugikan orang lain. Dua alasan ini menjadi dasar mengapa saya begitu ingin mendatangi TKP pembunuhan tersebut yang berada di Semarang.
Mulanya, saya mengira lokasi pembunuhan dan penembakan terjadi di tempat yang cukup sepi dan jauh dari keramaian. Artinya, tak cukup banyak saksi untuk dijadikan bukti kebenaran dari kasus ini. Rupanya, dugaan saya salah. Tempat ini masih terbilang ramai hingga malam hari dengan banyaknya warga yang masih beraktivitas terutama di angkringan pinggir jalan.
Saya memulai perjalanan menaiki Trans Semarang koridor 8 arah Gunung Pati. Setelah saya cek posisi TKP penembakan di Google maps, ternyata lokasinya dilewati oleh jalur Trans Semarang koridor ini. Tepatnya, berada diantara dua halte BRT tersebut, yakni Halte Bamban Kerep dan Halte Candi Penataran. Lokasi persis TKP pembunuhan Gamma ini tepat berada di depan sebuah minimarket.
Setelah turun di Halte Candi Penataran, saya berjalan kaki ke utara menuju minimarket tersebut. Langkah kaki saya cukup berat karena jalanan menanjak. Daerah ini memang berada di sekitar perbukitan yang membelah Kota Semarang. Namun, untung saja jalanan mulai mendatar hingga saya menemukan sebuah masjid berwarna hijau.
Masjid ini menjadi salah satu titik CCTV yang merekam kejadian yang diduga beberapa remaja melintas untuk tawuran. Tak jauh dari masjid tersebut, saya akhirnya menemukan minimarket yang menjadi kunci dari pengungkapan kasus ini. Tepat di depannya, ada sebuah rumah bercat jingga yang menjadi latar tragedi penembakan.
Saya segera menuju ke minimarket tersebut untuk membeli minuman. Tak tampak ada suasana berbeda dengan minimarket lainnya. Pramuniaga ramah melayani pelayan seolah tak terjadi apa-apa. Pun demikian dengan masyarakat yang membeli barang di sana. Bahkan, beberapa pembeli duduk di kursi depan minimarket sambil bersantai memandangi jalan yang merupakan TKP pembunuhan.
Setelah duduk sebentar, mata saya mencari salah satu bagian penting dari minimarket tersebut. Tak lain, keberadaan CCTV. Alat ini terpasang di langit-langit bagian depan minimarket tepat mengarah jalan dan rumah bercat oranye. Artinya, rekaman CCTV yang ada merupakan rekaman yang valid.
Rekaman ini sempat dipotong oleh pihak Polrestabes Semarang saat konferensi pers. Mereka hanya menampilkan rekaman video saat beberapa remaja terlihat membawa sejata menaiki motor. Mereka tidak menunjukkan rekaman saat Robig, anggota polisi memutar balik motornya untuk menembaki remaja yang sedang melintas. Perbedaan potongan bukti rekaman CCTV ini yang membuat masyarakat kemudian menuduh anggota kepolisian memutarbalikkan fakta.
Saya kemudian berjalan ke arah jalan mendekati TKP. Dari rekaman yang tersebar, beberapa remaja yang menaiki motor tampak kaget saat ada seorang anggota polisi tiba-tiba menodongkan pistol ke mereka. Saya lalu membalikkan badan ke arah selatan, tempat saya memulai perjalanan dari halte tempat saya turun tadi. Saya melah kondisi jalan yang tak begitu terlihat karena ada tanjakan dan kelokan. Artinya, prosedur pengamanan dengan penembakan ini sangatlah tidak benar.
Saat saya berada di sana, ada satu pertanyaan besar yang hinggap. Mulanya, narasi yang diberikan polisi adalah Robig dipepet oleh para remaja tersebut lalu melakukan penembakan setelah pulang dari Polrestabes Semarang. Lokasi Polrestabes Semarang berada di Semarang Tengah. Kalau ia dipepet dan akan menembak, maka seharusnya arah datangnya para remaja dari arah utara. Dari arah bus Trans Semarang yang saya naiki. Namun, mengapa dari rekaman CCTV polisi tersebut malah menaiki motor dari arah selatan lalu memutar motornya?
Narasi lain yang muncul adalah TKP kejadian berada di Perumahan Paramount yang terletak sekitar 2 km arah timur laut dari TKP sebenarnya di minimarket tadi. Narasi ini muncul di awal pemberitaan setelah kejadian dan langsung dibantah oleh satpam perumahan. Menurut satpam yang bertugas, saat itu tidak ada tawuran selama ia berjaga.
Barangkali, narasi yang ingin dibangun dari rekaman CCTV yang ditampilkan sepotong-sepotong adalah sebagai berikut. Ada remaja yang melintas di sekitar Jalan Raya Candi Penataran menuju Perumahan Paramount melewati Jalan Untung Suropati. Lalu, Robig sebagai anggota polisi mengetahui akan ada tawuran sehingga ia menembak mereka. Namun, rekaman CCTV dari minimarket sangat valid memperlihatkan para remaja ditembaki di depan minimarket dengan jelas.
Dari salah satu tayangan investigasi media, ada seorang remaja berinisial D yang terlihat membingungkan ketika dimintai keterangan. Ia mulanya menjawab bergabung dengan salah satu kelompok tapi pada keterangan lain ia juga ikut kelompok yang berseberangan dengan kelompok tersebut. Bukankah itu pernyataan yang cukup aneh?
Ada narasi liar yang berkembang bahwa Robig sebenarnya tidak melaju dari arah Polrestabes Semarang melainkan dari sebuah tempat wisata malam di bagian selatan Semarang. Makanya, dari rekaman CCTV ia melaju dari arah selatan. Saya tidak bisa memaparkan lebih lanjut tentang hal ini. Jika benar, maka Robig memang harus dihukum berat.
Saya memandangi rumah bercat oranye dan beberapa bangunan lain yang bisa jadi memiliki rekaman CCTV saat kejadian. Terutama, apakah ada tembakan peringatan sekali dari Robig sebelum ia menambak para remaja tersebut sebanyak tiga kali. Tembakan peringatan ini menjadi kunci pengungkapan kasus ini. Bagaimana pun, kasus ini harus dituntaskan sejelas dan seadil mungkin. Jika tidak, maka jangan salahkan persepsi masyarakat terhadap anggota kepolisian makin buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H