Pertanyaan ini pun terjawab saat saya sudah mengerti mengenai regulasi olahraga senam yang memungkinkan seorang atlet bisa mengikuti beberapa nomor pertandingan.
Sejak saat itu, saya pun sadar bahwa olahraga ini sama pentingnya dengan olahraga lain termasuk sepak bola. Olahraga ini juga bisa dimainkan oleh kaum pria.
Bahkan, latihan fisik yang kuat adalah salah satu modal kuat untuk bisa sukses dalam olahraga ini. Artinya, senam juga olahraga yang membuat seorang pria menjadi "lakik".
Persepsi ini saya angkat ketika saya mengajar kelas. Kebetulan, saat itu masih berlaku Kurikulum 2013. Guru kelas masih mengajar materi PJOK sementara untuk praktiknya diajarkan oleh Guru Mapel PJOK.
Walau saya tak terlalu menguasai, tetapi dalam setiap pembelajaran materi senam, saya sering memutar beberapa video pertandingan senam pria kepada murid saya.
Saya mengenalkan beberapa atlet senam yang sangat lincah dan berprestasi. Dua diantaranya adalah Valeri Liukin dan Vladimir Artemov.
Mereka adalah atlet Uni Soviet yang sama-sama meraih medali emas di podium yang sama pada Olimpiade Seoul 1988. Nilai yang sama pada keduanya membuat mereka naik podium secara bersamaan.
Tak hanya kesuksesan saat meraih medali, saya pun juga bercerita saat mereka tak lagi menjadi atlet. Lantaran, perjuangan besar seorang atlet juga dimulai saat mereka pensiun jadi atlet.
Keduanya berpindah ke Amerika Serikat setelah keruntuhan Uni Soviet dan menekuni kepelatihan senam di sana. Bahkan, Valeri Liukin menjadi pelatih tim senam Amerika Serikat -- negara yang saat ia menjadi atlet menjadi lawannya -- sehingga banyak atlet Paman Sam yang berprestasi di ajang internasional.Â
Kisah mereka bisa jadi inspirasi bahwa seorang pria yang menjadi atlet senam pun bisa mendapatkan kehidupan yang cerah di masa mendatang.
Makanya, saya selalu berpesan kepada guru mapel PJOK untuk tetap melanjutkan praktik olahraga sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Bukannya mengecilkan olahraga sepak bola, tetapi alangkah sayang jika ada bibit unggul yang terbuang percuma akibat persepsi yang masih saja ada semacam ini.