Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Empat Hal yang Membuat Penumpang Bus Enggan Membeli Barang Jualan Pedagang Asongan

30 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 30 Juli 2024   12:00 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku mewarani yang dijual dengan diberikan dulu pada penumpang. - Dokpri
Buku mewarani yang dijual dengan diberikan dulu pada penumpang. - Dokpri

Beberapa waktu yang lalu, ada seorang ibu di dalam bus yang saya naiki protes karena harga gorengan yang dijual seorang pedagang asongan dirasa mahal. Pedagang tersebut menjual satu buah gorengan seharga 3.500. Jika membeli sebanyak 3 buah, maka harganya hannya 10.000 rupiah. Sang ibu tersebut merasa harga gorengan itu terlalu mahal karena biasanya maksimal hanya 2.000 rupiah. Walau masih mengeluh, ia tetap membeli karena merasa lapar.

Kedua, dagangan yang dijual tidak terlalu dibutuhkan oleh penumpang

Penumpang bus akan membeli barang jualan pedagang asongan jika dirasa barang tersebut mereka butuhkan. Apesnya, akhir-akhir ini saya juga merasa para pedagang menjual barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh penumpang. Contohnya adalah gelang manik-manik, syal, topi, kacamata hitam, dan beberapa aksesoris wanita. Tentu, barang tersebut tidak begitu dibutuhkan terutama bagi para pekerja yang bolak-balik naik bus.

Ada juga pedagang yang menjual satu set alat dapur dan satu set perlengkapan berupa korek api, alat cukur kumis, dan cutton buds. Saya heran bagaimana bisa mereka mendapatkan ide barang jualan seperti itu. Padahal, jika mereka mau melihat apa yang dibutuhkan penumpang, maka ada barang lainnya yang semestinya bisa mereka jual.

Paket berisi cutton buds, korek api, dan alat cukur kumis. - Dokpri
Paket berisi cutton buds, korek api, dan alat cukur kumis. - Dokpri

Misalnya, tisu basah dan tisu kering. Dua barang ini semakin sulit saya temukan dijual oleh pedagang asongan. Padahal, dulu saya sering melihat pedagang asongan menjual keduanya. Dua barang ini dibutuhkan penumpang terutama saat musim flu menyerang. Beberapa bulan terakhir saya malah tidak satu pun pedagang asongan yang menjual tisu kering ukuran kecil yang dapat dimasukkan saku.

Saya juga makin sulit menemukan pedagang yang menjual permen sachet yang menjadi andalan para penumpang untuk teman menunggu bus. Malahan, saya sering menemukan penjual permen jahe yang tidak begitu digemari. Seorang mbak-mbak yang duduk di samping saya pada sebuah perjalanan juga bercerita sebenarnya saat itu ia membutuhkan peniti atau jarum pentul untuk kebutuhan hijabnya. Namun, tak satu pun pedagang asongan yang menjual barang tersebut.

Ketiga, dagangan yang dijual sudah dimiliki oleh banyak penumpang

Satu hal lagi yang membuat barang jualan pedagang asongan tidak laku adalah mereka menjual barang yang sudah banyak dimiliki oleh penumpang. Contoh utamanya adalah headset. Walau mereka menjual dengan harga 10 ribuan, tetap saja hampir tak ada penumpang yang mau membeli.

Salah satu headset 10 ribuan yang dijual. - Dokpri
Salah satu headset 10 ribuan yang dijual. - Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun