Penumpang mulai banyak naik dari Halte ITS yang menjadi halte transit dengan bus K2. Banyak mahasiswa yang memanfaatkan bus ini untuk menuju kampus mereka.Â
Selain ITS, beberapa kampus negeri dan swasta dilewati oleh bus ini. Mulai dari Unair Kampus C. Institut Teknologi Aditama Surabaya (ITATS), dan Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC). Bus listrik ini juga melewati Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Kampus 2 yang berada di Gunung Anyar.
Sebelum bus ini beroperasi, banyak mahasiswa UINSA Kampus 2 yang mengeluh kampus mereka tak dilewati oleh Trans Semanggi karena bus sebelumnya hanya sampai di Gunung Anyar Timur. Kini, mereka bisa mudah ke mana saja dengan membayar 2.000 rupiah saja.Â
Mahasiswa yang akan pulang kampung menuju Terminal Bungurasih juga tak perlu repot gonta-ganti bus. Biasanya, mereka harus oper 2 kali dan melewati macetnya pusat Kota Surabaya agar bisa naik transportasi umum. Pendek kata, keberadaan bus ini memang sangat ditunggu.
Selain masalah pembayaran, saya melihat beberapa penumpang bus masih bingung dengan aturan tempat duduk. Mereka terbiasa dengan pemisahan tempat duduk pria dan wanita seperti pada Suroboyo Bus dan Trans Semanggi.Â
Lantaran bus ini memiliki konfigurasi kursi yang sama dengan Teman Bus di kota lain, maka penumpang bisa duduk di mana saja selain bangku prioritas.
Tak hanya itu, beberapa penumpang juga bingung saat akan turun. Biasanya, mereka memencet tombol yang berada di dekat bangku saat naik Suroboyo Bus dan Trans Semanggi K2.Â
Sayang, tombol tersebut belum tersedia pada bus listrik ini. Penumpang pun harus berkata dengan cukup keras pada sopir jika bus sudah mendekati halte tujuan. Untung saja, suara announcer (pengumuman) di dalam bus terdengar jelas.
Entah ke mana bus ini selama setahun saya tidak tahu pasti. Namun, saya melihat bus ini dirawat dengan cukup baik. AC bus masih terasa kencang dan bangku di dalam bus masih terlihat apik.Â