Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Menata Gadang, Mempercantik Wajah Gerbang Kota Malang yang Penuh Kenangan

20 Januari 2024   16:14 Diperbarui: 21 Januari 2024   09:37 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angdes dengan berbagai macam warna sedang menunggu penumpang. (Dokumentasi pribadi)

Mulai permen mint, manisan, minuman dingin, dan lain sebagainya. Pendek kata, uang bisa cepat ludes jika melakukan perjalanan naik angkutan dan oper di Terminal Gadang.

Bus-bus bumel tujuan Dampit dan Lumajang yang tak juag mendapatkan penumpang. (Dokumentasi pribadi)
Bus-bus bumel tujuan Dampit dan Lumajang yang tak juag mendapatkan penumpang. (Dokumentasi pribadi)

Waktu pun silih berganti dan akhirnya kejayaan Terminal Gadang sirna setelah dilakukan perpindahan pola operasi angkutan ke Terminal Hamid Rusdi. Berjarak beberapa kilometer dari Terminal Gadang, nyatanya ia tak mampu mengembalikan kejayaan Terminal Gadang. Jangankan pedagang asongan, saya tak menemukan satu pun manusia pada jam-jam tertentu di terminal itu.

Pada suatu akhir pekan, saya mencoba naik bus DAMRI menuju Pantai Balekambang yang rutenya melewati Terminal Hamid Rusdi. Saya melihat lajur-lajur angkot yang sepi, plafon yang kusam, dan bau anyir saat pergi ke kamar mandi. Terminal ini seperti garasi bus yang lama tak disinggahi.

Namun, saya masih menemukan keramaian di bekas Terminal Gadang dulu. Bus-bus jurusan Blitar masih ngetem untuk menurun dan menaikkan penumpang. Sopir-sopir angkot tujuan Arjosari maupun Landungsari juga masih berteriak lantang untuk mencari penumpang yang tak kunjung ada. Bus-bus bumel tujuan Dampit dan Lumajang masih berjajar dengan kondisi ringkih yang menunggu belas kasihan.

Berbagai kegiatan itu bercampur dengan hiruk pikuk Pasar Gadang yang kondisinya juga tak kalah mengenaskan. Kumuh, bau, dan becek dengan jalan yang rusak. Perpaduan yang pas untuk mengelus dada dan ingin segera angkat kaki dari sana.

Memang benar perkataan saudara saya tadi. Jika engkau ingin mengenal Malang lebih jauh, singgahlah di Terminal Gadang. Perkataan itu saya resapi sekarang dengan memaknai belum optimalnya penataan ruang di wilayah ini. 

Entah apa yang mendasarinya, yang jelas hampir setiap orang yang melewati Gadang akan mengucapkan sumpah serapah. Sangat berbeda jauh dengan kegembiraan yang saya rasakan 20 tahunan lalu.

Angkutan AG (Arjosari Gadang) yang terparkir di dekat Pasar Gadang dengan sopir yang tidur di dalamnya. (Dokumentasi pribadi)
Angkutan AG (Arjosari Gadang) yang terparkir di dekat Pasar Gadang dengan sopir yang tidur di dalamnya. (Dokumentasi pribadi)

Keberadaan terminal dan pasar memang akan saling berkaitan. Saya menyadari keterkaitan itu setelah mengunjungi beberapa kota yang mulai menata pasar dan terminalnya. 

Mereka mulai menata pergerakan manusia agar kegiatan ekonomi yang bertumpu pada pasar bisa saling terhubung baik dengan kegiatan lalu lintas manusia di terminal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun