Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Antara Trayek Wisata dan Umum, Tiket Bus DAMRI Malang-Pantai Selatan Dijual dengan Dua Harga

5 November 2023   16:12 Diperbarui: 6 November 2023   07:05 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya, saya bisa mencoba naik Bus DAMRI menuju Pantai Selatan dari Kota Malang.

Sejak awal peluncurannya dulu, saya sebenarnya sudah ingin mencoba. Namun apa daya, hati ini rasanya masih belum sreg. Selain masih bingung bagaimana membeli tiketnya, berita penolakan operasional bus ini sering saya dengar. Tak hanya di media massa, melainkan juga di berbagai sosial media yang begitu membahana.

Kala itu, sekitar tahun 2020an, narasi mengenai penolakan Bus DAMRI di Malang sering mengemuka. Demo bahkan penghadangan yang dilakukan oleh sopir angkot di Terminal Arjosari membuat saya ciut nyali untuk mencoba. Pada masa itu, memang bus ini menjadi bus perintis rute Malang ke Balekambang yang dimulai dari Terminal Arjosari.

Bahkan, sempat ada insiden berupa pemaksaan untuk menurunkan penumpang yang sudah naik bus di Terminal Arjosari. Insiden ini membuat banyak orang -- termasuk saya -- enggan untuk mencoba naik bus ini. Padahal, dengan harga tiket 25 ribu rupiah sekali jalan yang ditawarkan, bus ini sejatinya bisa menjadi alternatif perjalanan menuju Pantai Malang Selatan. Terutama, bagi mereka yang tidak punya kendaraan atau malas berkendara.


Sempat vakum beberapa waktu, akhirnya saya mendengar kabar bahwa bus ini jalan kembali. Bus pun tidak lagi memulai perjalanan dari Terminal Arjosari melainkan dari Pool Damri Malang. Tentu, saya merasa ini jauh lebih aman. Wong di kantor DAMRI sendiri.

Iseng-iseng, saya pun mencoba mengontak DAMRI dan menanyakan bagaimana cara membeli tiket. Ternyata, kini pembelian tiket bisa dilakukan secara online melalui aplikasi DAMRi Apps. Saya pun segera mengunduh aplikasi tersebut.

Tak perlu lama, saya segera mencari rute Malang -- Pantai Balekambang yang ternyata sudah banyak dipesan di akhir pekan. Saya terkejut harga tiket yang tertera hanya 13.000. Lha kok murah banget?

Saya sampai memicingkan mata seakan ini hanyalah mimpi. Masak sih rute sejauh itu hanya 13 ribu? Lebih murah dari ongkos ojol yang saya bayar biasanya?

Harga tiket di pemesanan online. - Dokpri
Harga tiket di pemesanan online. - Dokpri

Ternyata benar. Saya pun memastikan dahulu apakah tiket kembali ke Malang masih tersedia. Saat tiket yang saya maksud masih ada, saya segera memilih kursi dan melakukan pembayaran dengan QRIS. Tiket pun saya dapat dan tinggal menunggu waktu perjalanan. Setelah membeli tiket, saya mencoba mencari rute lain dan memang harganya sangat murah. Ada tiket Hi Ace dari Stasiun Malang ke Wonokitri Bromo hanya 10 ribu rupiah. Sungguh, saya ingin mencobanya kapan-kapan.

Bus berangkat dari Pool DAMRI Malang pukul 7 pagi. Pada hari-H keberangkatan, saya datang setengah jam lebih awal. Rupanya, di sana sudah banyak calon penumpang yang juga ingin ke Pantai Selatan Malang seperti saya. Ada rombongan mahasiswa asal Surabaya yang naik bus habis subuh demi bisa mencoba naik bus ini. Ada pula rombongan keluarga yang juga berniat bertamasaya ke pantai.

Bus di pool DAMRI Malang. - Dok. Pribadi
Bus di pool DAMRI Malang. - Dok. Pribadi

Nah, ada satu rombongan yang menurut saya unik.  Mereka belum membeli tiket tetapi percaya diri bisa naik bus. Mereka menganggap bahwa pembelian tiket bisa dilakukan di dalam bus seperti bus AC Tarif Biasa. Saat mereka tahu bahwa kursi telah penuh, salah seorang dari mereka memaksa untuk tetap ikut naik meski harus berdiri. Mulanya saya ragu apakah mereka diperbolehkan naik tetapi ternyata kondektur bus mempersilakan. Alhasil, mereka pun duduk di bawah dan sebagian berdiri. 

Saya sendiri duduk sesuai nomor tiket. Untuk ukuran bus sendiri tidak terlalu besar hanya menampung maksimal 30 penumpang. Dengan ditambah penumpang ekstra tadi, bus harus memuat 35 orang. Bus pun melaju menuju ke Terminal Hamid Rusdi.

Terminal ini menjadi pengganti Terminal Arjosari untuk menaikkan penumpang. Di sana, rupanya masih ada beberapa penumpang yang naik. Ternyata, beberapa penumpang yang mulanya duduk ternyata juga membeli tiket dadakan. Mereka pun ikut duduk di bawah. Total, dalam perjalanan kali itu memuat 40an penumpang dari 30 kapasitas tempat duduk.

Ruang tunggu yang nyaman. - Dokpri
Ruang tunggu yang nyaman. - Dokpri

Namanya perjalanan ke pantai Malang Selatan, tentu jalan berkelok pun harus dilalui bus. Setelah masuk wilayah Sumbermanjing Wetan, bus harus mengikuti lajur jalan yang berliku dengan kemiringan ekstra. Jalur ini memang memiliki tikungan cukup tajam tetapi kondisinya jauh lebih baik daripada jalur Bantur. Di sana, jalanan makadam dan malah membuat sakit perut jika melaluinya.

Nah, saya kira semua penumpang turun di Balaikambang. Rupanya, dugaan saya salah. Ada beberapa penumpang yang turun di daerah Sitiarjo, sebuah desa di Sumbermanjing Wetan. Mereka adalah warga yang bekerja di Malang Kota dan ingin pulang ke rumahnya di akhir pekan.

Saya cukup kaget karena saya kira angkutan ini khusus angkutan wisata. Tidak untuk angkutan umum. Saat didemo dulu, ada kesepakatan bahwa angkutan ini memang dikhususkan bagi pelancong yang niat jalan-jalan ke Pantai Selatan Malang. Mereka juga ditarik dengan tarif yang berbeda. Ada yang 25 ribu sampai 30 ribu. Kalau begini kan sebetulnya melanggar aturan?

Beberapa komentar di VT Tiktok mengenai perbedaan harga tiket. - Dokpri
Beberapa komentar di VT Tiktok mengenai perbedaan harga tiket. - Dokpri

Namun, saya tidak mau saklek terhadap hal tersebut. Saya menyadari bahwa daerah Sumawe -- sebutan bagi Sumbermanjing Wetan -- cukup sulit dalam mengakses transportasi umum. Tak ada satu pun angkutan pedesaan yang melewati daerah ini. Kalau ingin bepergian, maka mereka ya harus memiliki kendaraan pribadi.

Disparitas ini membuat banyak warga Sumawe atau sekitar pantai selatan menggunakan angkutan wisata DAMRI ini sebagai tumpuan untuk menuju Kota Malang. Malah, di sebuah sudut perkampungan yang dekat dengan pantai, ada seorang simbah yang menghentikan bus tersebut. Ia mengaku ingin pergi ke Kota Malang untuk lanjut ke Probolinggo.

Rupanya ia sangat tergesa dan mengira bus ini akan menuju Malang. Sayang, bus ini masih menuju pantai terlebih dahulu dan baru kembali ke Malang saat sore hari. Alhasil, ia diminta menunggu di tempat yang sama oleh kondektur saat sore hari sekitar jam 4 sore.

Apa yang saya saksikan ini semakin menambah keyakinan akan kekusutan masalah transportasi umum di Malang. Tak hanya mikrolet atau angkot yang mati suri, ternyata bus wisata yang seharusnya digunakan untuk berwisata saja harus disesaki oleh penumpang umum.

Andai saja, ada pengelola transportasi yang mau membuka rute bagi masyarakat umum ke wilayah ini, pasti akan sangat membantu. Tidak harus setiap saat, bisa sehari dua atau tiga kali yang penting ada. Dan menurut saya, DAMRI mampu melakukannya karena sudah paham medannya. Hanya saja, pasti ada penolakan dari berbagai pihak yang merasa jalurnya diambil. Salah satunya adalah bus dari Kota Malang menuju ke Dampit, Tirtyoudo, Ampelgading, dan Lumajang.

Suasana di dalam bus. - Dokpri
Suasana di dalam bus. - Dokpri

Bus-bus ini hingga kini masih eksis melayani penumpang dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Selain sepi penumpang, armada yang digunakan adalah bus-bus bumel yang panas dan tanpa pendingin AC.

Alternatifnya, pihak DAMRI atau jika ada operator lain bisa membuka trayek dari sekitar wilayah Turen ke Pantai Selatan. Jadi, rute yang digunakan tidak akan beririsan dengan bus-bus tersebut. Dengan harga yang terjangkau, maka akan banyak penumpang yang tertarik untuk naik. Penumpang yang akan ke pantai pun bisa naik saat kehabisan tiket bus wisata ini.

Bus pun lalu melaju ke Jalur Lintas Selatan yang menghubungkan banyak pantai. Mulai dari Pantai Sendang Biru hingga Pantai Balekambang. Beberapa mahasiswa asal Surabaya tadi memilih turun di Pantai Batu Bekung. Kondektur mewanti-wanti agar mereka siap di pinggir jalan sekitar jam 3 sore. Bus pun melaju dan sampai di Balekambang. Kondektur menarik uang 20 ribu kepada penumpang sebagai tiket masuk. Jadi, penumpang tak perlu membeli tiket di loket. Bus berhenti tepat di dekat pantai.

Walau tidak terlalu puas karena hanya sebentar, tetapi bagi saya bus DAMRI ini bisa jadi alternatif untuk berwisata murah ke Malang. Asal pesan tiket secara online jauh-jauh hari, kita bisa sampai ke pantai hanya dengan duduk manis di dalam bus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun