Disparitas ini membuat banyak warga Sumawe atau sekitar pantai selatan menggunakan angkutan wisata DAMRI ini sebagai tumpuan untuk menuju Kota Malang. Malah, di sebuah sudut perkampungan yang dekat dengan pantai, ada seorang simbah yang menghentikan bus tersebut. Ia mengaku ingin pergi ke Kota Malang untuk lanjut ke Probolinggo.
Rupanya ia sangat tergesa dan mengira bus ini akan menuju Malang. Sayang, bus ini masih menuju pantai terlebih dahulu dan baru kembali ke Malang saat sore hari. Alhasil, ia diminta menunggu di tempat yang sama oleh kondektur saat sore hari sekitar jam 4 sore.
Apa yang saya saksikan ini semakin menambah keyakinan akan kekusutan masalah transportasi umum di Malang. Tak hanya mikrolet atau angkot yang mati suri, ternyata bus wisata yang seharusnya digunakan untuk berwisata saja harus disesaki oleh penumpang umum.
Andai saja, ada pengelola transportasi yang mau membuka rute bagi masyarakat umum ke wilayah ini, pasti akan sangat membantu. Tidak harus setiap saat, bisa sehari dua atau tiga kali yang penting ada. Dan menurut saya, DAMRI mampu melakukannya karena sudah paham medannya. Hanya saja, pasti ada penolakan dari berbagai pihak yang merasa jalurnya diambil. Salah satunya adalah bus dari Kota Malang menuju ke Dampit, Tirtyoudo, Ampelgading, dan Lumajang.
Bus-bus ini hingga kini masih eksis melayani penumpang dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Selain sepi penumpang, armada yang digunakan adalah bus-bus bumel yang panas dan tanpa pendingin AC.
Alternatifnya, pihak DAMRI atau jika ada operator lain bisa membuka trayek dari sekitar wilayah Turen ke Pantai Selatan. Jadi, rute yang digunakan tidak akan beririsan dengan bus-bus tersebut. Dengan harga yang terjangkau, maka akan banyak penumpang yang tertarik untuk naik. Penumpang yang akan ke pantai pun bisa naik saat kehabisan tiket bus wisata ini.
Bus pun lalu melaju ke Jalur Lintas Selatan yang menghubungkan banyak pantai. Mulai dari Pantai Sendang Biru hingga Pantai Balekambang. Beberapa mahasiswa asal Surabaya tadi memilih turun di Pantai Batu Bekung. Kondektur mewanti-wanti agar mereka siap di pinggir jalan sekitar jam 3 sore. Bus pun melaju dan sampai di Balekambang. Kondektur menarik uang 20 ribu kepada penumpang sebagai tiket masuk. Jadi, penumpang tak perlu membeli tiket di loket. Bus berhenti tepat di dekat pantai.
Walau tidak terlalu puas karena hanya sebentar, tetapi bagi saya bus DAMRI ini bisa jadi alternatif untuk berwisata murah ke Malang. Asal pesan tiket secara online jauh-jauh hari, kita bisa sampai ke pantai hanya dengan duduk manis di dalam bus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H