Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Review Jujur Gedung Malang Creative Center (MCC) 97 Milyar Rupiah: Akses Pengunjung Susah dan Duduk di Keranjang Buah, Kek Mana Coba?

26 September 2023   08:43 Diperbarui: 26 September 2023   08:51 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan tangga darurat, satu-satunya akses jika lift penuh. Dokumen Pribadi

Penampakan dari lantai atas.  Dokumen Pribadi
Penampakan dari lantai atas.  Dokumen Pribadi

Saya pun akhirnya bertemu rekan saya dan kami ber-haha-hihi menggosipkan pemimpin Kota Malang yang baru lengser. Alhamdulillah, waktu yang kami tunggu-tunggu pun tiba dan bisa merayakannya sejenak di gedung MCC ini. Semoga saja nantinya ada pemimpin baru yang benar-benar memiliki skala prioritas dalam pembangunan.

Nah, saat kami mengajak rekan saya untuk minum dan kongkow, kami cukup kesulitan mencari tempat duduk. Ada beberapa tempat duduk yang nyaman dengan kursi melingkar. Namun, semuanya penuh oleh para pengunjung dan pengisi acara kegiatan pameran.

Apesnya, kami malah mendapatkan tempat duduk estetik berupa keranjang buah. Ya, keranjang buah yang sering digunakan untuk loading buah-buahan dari supplier ke pedagang. Saya sampai ternganga dengan pemandangan itu. 

Ini serius??? Kek mana coba duduk di keranjang buah?? 97 milyar?? Apa tidak ada opsi lain yang lebih manusiawi?

Keranjang buah untuk duduk. - Dokumen Pribadi
Keranjang buah untuk duduk. - Dokumen Pribadi

Lantaran sudah penuh dan tak ada kursi sungguhan yang bis akami duduki, akhirnya kami duduk di keranjang buah sembari ngakak yang tiada usai. Sebelum kursi keranjang buah, saya pernah membaca kontroversi mengenai toilet terbuka di gedung ini. Meski akhirnya dibantah, tetapi setelah melihat keranjang buah yang dijadikan kursi, saya melihat pengelola atau siapa pun yang mendesain gedung ini memang "agak lain".

Setelah puas mengorbrol, kami pun berpisah karena rekan saya mau melanjutkan menjaga standnya yang dititipkan sementara. Saya pun lalu berkeliling ke lantai selanjutnya dengan naik tangga darurat hingga lantai 8.

Papan petunjuk yang ambigu. Mengapa ada tanda panah ke atas dan ke bawah untuk menunjukkan ruangan di lantai yang sama? - Dokumen Pribadi
Papan petunjuk yang ambigu. Mengapa ada tanda panah ke atas dan ke bawah untuk menunjukkan ruangan di lantai yang sama? - Dokumen Pribadi

Asli, rasanya lumayan capai tetapi ya bagaimana lagi. Bisa jadi, uang 97 milyar belum cukup untuk membuat akses yang lebih banyak bagi para pengunjung. Di lantai atas, rupanya keadaan cukup gelap karena tidak ada lampu yang menerangi. Namun, di sana banyak anak-anak muda dengan costplay Jejepangan berfoto.

Saat itu memang ada acara pameran Jejepangan. Tak heran, ketika saya berada di pameran filateli, di sebelahnnya malah riuh penonton konser Jejepangan. Tidak ada sekat antara ruang pameran filateli dengan area konser tersebut. Saya pun tidak bisa khusuk membaca kartu pos di depan saya karena juga ingin joged dan bernyanyi lagu-lagu anime.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun