Nah, sepanjang Terminal Bungurasih sampai Terminal Krian tak ada satu pun halte yang disinggahi. Satu-satunya halte adalah Halte Bungurasih luar yang berada di selatan bundaran waru. Halte ini juga digunakan sebagai halte Trans Jatim koridor 1.
Belum adanya halte sepanjang jalan itu menurut pihak Trans Jatim disebabkan oleh belum selesainya pembangunan halte. Alasan ini cukup masuk akal karena ketika ada seorang penumpang yang akan turun di sebuah halte di By Pass Krian, halte masih dalam keadaan belum jadi. Masih berupa rangka besi sehingga penumpang harus turun dari pintu depan. Saya pun bertanya, jika belum banyak halte yang siap, mengapa keburu di-launching?
Namun, asumsi saya pun menjadi lain tatkala saya menemukan spanduk berwana kuning di Jalan Raya Taman, Sidoarjo. Spanduk tersebut bertuliskan bahwa salah satu jalur angkot menolak keberadaan bus Trans Jatim. Penolakan mereka karena rute bus Trans Jatim beririsan dengan rute angkot tersebut. Isi dari salah satu poin penolakan ini adalah penolakan bus Trans Jatim masuk Terminal Bungurasih. Rute angkot tersebut memang dari Bungurasih, Taman, Trosobo, dan berakhir di Terminal Krian.
Penolakan ini juga menjadi catatan kurang baik karena sering terjadi pada operasional bus-bus seperti ini. Banyak penolakan di berbagai daerah terjadi semisal di Bandung dan Makassar ketika Teman Bus hadir. Bahkan, penolakan juga disertai ancaman kepada sopir dan penumpang saat bus melaju di jalan. Seharusnya, sebelum pengoperasian, masalah seperti ini sudah diatasi terlebih dahulu.
Saya pun akhirnya bisa turun di Halte Jabaran setelah sang kondektur menelepon seseorang yang saya yakini petugas Dishub. Petugas tersebut meyakinkan bahwa bus bisa berhenti di halte tersebut. Hanya dalam waktu kurang dari 30 menitan, saya pun sampai. Waktu yang cukup singkat karena bus tak berhenti sama sekali selain di Terminal Krian.
Iseng-iseng, saya pun mengunggah video perjalanan singkat saya di Tiktok. Ternyata respon masyarakat luar biasa sehingga video saya bisa FYP. Banyak masyarakat Krian, Sepanjang, Taman, dan kawan-kawannya menanyakan lokasi halte dan berencana ingin naik. Sayangnya, mereka harus menelan kecewa karena banyak halte di daerah tersebut belum jadi dan tidak bisa digunakan.
Antusias masyarakat ternyata cukup tinggi untuk mencoba bus ini. Walau tak setinggi koridor 1 yang sampai harus diberi nomor antrian, tetapi setidaknya mereka sudah tergerak untuk naik transportasi umum. Sebuah langkah yang patut diapresiasi.