Ketika diskusi sedang berjalan, tentu banyak siswa yang akan menjawab mereka butuh energi yang berasal dari makanan. Guru pun bisa menyelingi diskusi makanan apa yang mereka makan sebagai sarapan. Berbagai menu makanan pun tersedia dari jawaban siswa. Mulai nasi goreng, telur dadar, dan lain sebagainya. Tentu, untuk memasak makanan tersebut juga perlu energi. Guru bisa lebih mengelaborasi lagi energi apa yang digunakan untuk memasak.
Kegiatan semacam ini disebut sebagai kegiatan apersepsi. Apersepsi adalah kegiatan favorit saya dalam mengajar karena menjadi titik mula saya sebagai guru untuk menarik perhatian siswa. Apersepsi yang asyik dan menyenangkan sesuai materi pembelajaran akan membuat siswa ingin tahu lebih dalam materi yang akan mereka pelajari.
Pada Semarak Merdeka Belajar, kegiatan apersepsi mendapatkan porsi yang penting karena menjadi tonggak penggerak siswa mendalami materi. Setelah siswa sudah mulai mengerti apa yang akan mereka pelajari, barulah guru menyampaikan motivasi pembelajaran berupa materi yang akan dipelajari.
Untuk materi energi potensial sendiri, cukup banyak terjadi miskonsepsi pada siswa. Contohnya adalah mengenai konsep ketinggian benda yang menjadi salah satu-satunya syarat sebuah benda memiliki energi potensial. Pemahaman ini sering didapat dari buku teks/BKS yang mereka baca saat menjawab soal.
Padahal, konsep energi potensial sendiri sebenarnya cukup luas. Tidak hanya pada benda yang memiliki ketinggian tertentu saja, tetapi pada benda yang menyimpan suatu energi untuk dapat diubah ke bentuk lainnya. Pelurusan konsep ini sangat penting agar mereka bisa mendapatkan pemahaman yang benar. Tak hanya itu, mereka juga bisa mendapatkan materi yang lebih mendalam mengenai energi potensial ini.
Untuk itulah, pada kegiatan inti, banyak sekali kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan oleh guru. Salah satunya adalah dengan menyimak video pembelajaran mengenai energi potensial. Setelah menyimak video, guru bisa melanjutkan diskusi bahwa banyak sekali benda yang menyimpan energi potensial untuk diubah menjadi energi listrik.
Tidak perlu yang susah dahulu, beberapa benda di sekitar siswa bisa dijadikan contoh. Contoh mudahnya yakni lato-lato yang dimainkan dengan cara membenturkan dua bola yang diikat. Kegiatan sederhana ini sebenarnya merupakan kegiatan yang memanfaatkan energi potensial berupa energi potensial tegangan tali.
Guru bisa mengarahkan diskusi sembari bermain lato-lato dan mengelaborasi pengetahuan siswa bagaimana lato-lato bisa berbunyi. Dari manakah sumber bunyi yang timbul dari permainan tersebut? Energi potensial seperti apa yang timbul dari lato-lato? Mengapa energi potensial tersebut bisa menyebabkan bunyi pada lato-lato?
Diskusi pun akan mengarah pada konsep yang runut dan sederhana mengenai proses terjadinya bunyi pada lato-lato akibat energi potensial. Ketika siswa menarik dua bola ke atas, maka saat itu terdapat energi potensial pada dua bola lato-lato. Saat siswa melepaskannya, maka energi potensial tersebut akan berubah menjadi energi gerak lalu menjadi energi bunyi akibat benturan keduanya. Persepsi pun mengarah pada konsep bahwa energi potensial bisa diubah ke bentuk energi lain melalui serangkaian proses tertentu.