Masalah lainnya adalah, KUE kerap lambat dalam merespon pembayaran pada mesin tap terutama mesin tap KRL dan MRT. Pengalaman pribadi saat naik KRL Jogja Solo, perlu waktu lebih dari 8 detik agar KUE yang saya tap berhasil terbaca. Itu pun dibantu oleh petugas stasiun.
Begitu pula saat saya naik MRT Jakarta bersama Kompasianer Himam Miladi selepas mengikuti Kompasianival. Saya tak kunjung berhasil mengetapkan kartu meski saldonya masih banyak dan kartunya terhitung baru.Â
Sementara, Mas Himam dengan mudahnya bisa melakukan tap menggunakan kartu single trip MRT. Inilah yang menjadi masalah utama mengapa ada anggapan bahwa penggunaan KUE cenderung ribet.
Belum lagi, ada beberapa kasus KUE bisa rusak dan tak bisa dipakai jika chipnya tergores atau ada masalah lain. KUE pertama yang saya beli untuk masuk tol sekitar tahun 2015 kini tak bisa lagi digunakan.Â
Masalah ini sebenarnya harus menjadi masalah yang bisa dipecahkan terutama oleh bank penyedia KUE. Solusi yang bisa saya lakukan adalah tetap menyimpan KUE di dalam plastik bawaannya.
Semoga saja ada terobosan mengenai KUE ini. Saya pernah melihat vlog Mbak-Mbak TKW asal Taiwan yang menggunakan KUE multifungsi. Kalau tak salah namanya Yoyo Card dan Easy Card. Mereka bisa menggunakannya untuk naik bus, naik MRT, jajan di minimarket, bahkan sewa sepeda angin.Â
Kemudahan ini tak bisa saya dapatkan karena saya pernah mencoba jajan dengan KUE di sebuah minimarket ternyata tidak bisa. Alasannya, mesin tap KUE mati dan rusak karena jarang orang yang menggunakannya.
Jadi, menurut Anda, apa masih penting pengunaan KUE ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H