Ketika saya bertanya dari mana mereka mendapatkan informasi tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka tahu dari gethok tular alias saling memberi tahu antara anak, tetangga, saudara, atau teman.Â
Jadi, penggunaan KUE akan dengan sendirinya meluas jika infromasi yang diberikan kepada masyarakat juga meluas. Sebenarnya, tak masalah jika KUE menjadi salah satu opsi utama pembayaran di Indonesia terutama pembayaran transportasi umum.
Satu alasan utama KUE masih menjadi pilihan karena berdasarkan Data Bank Dunia, hampir 40 persen penduduk Indonesia atau sekitar 97 juta masih belum memiliki akun bank (unbanked).Â
Jumlah ini merupakan jumlah yang besar dan menjadi nomor 4 di dunia. Penggunaan KUE dalam pembayaran utama terutama transportasi, akan memudakan masyarakat yang belum memiliki bank. Mereka tidak peduli menggunakan KUE bank mana asal tahunya mengisi saldo minimarket dan beres tinggal menggunakan saja.
Tidak hanya itu, meski sudah banyak juga masyarakat Indonesia yang memiliki akun bank (sekitar 60%), tetap saja mereka masih gemar melakukan pembayaran secara tunai.Â
Buktinya, masih banyak pembelian lewat COD atau membayar tunai di minimarket saat transaksi belanja online. Entah karena saldo minim atau alasan lain, yang jelas transaksi tunai masih menjadi opsi utama. Mereka tidak mau menggunakan rekening bank uang mereka untuk melakukan transaksi.
Nah, KUE ini menjadi jembatan antara pembayaran tunai dan nontunai. Bagi masyarakat yang tidak terbiasa atau tidak mau menggunakan kartu debit/kredit, maka KUE adalah solusi. Mereka bisa mengalokasikan uang tunai mereka untuk digunakan untuk pembayaran nontunai.
Walau telihat cukup ribet, terlebih ada biaya tambahan jika melakukan top up selain di ATM bank, setidaknya penggunaan juga menjadi pembelajaran mengenai kepraktisan.Â
Masyarakat yang belum tersentuh dan sadar tentang keuangan nontunai akan mulai paham jika pembayaran semacam ini sebenarnya membudahkan mereka. Tanpa harus menunggu uang kembalian dan menyiapkan uang kecil, mereka akan sadar penggunaan KUE berfungsi memudahkan.
Bagaimana dengan QRIS? Bukankah lebih mudah?
Jawabannya adalah tidak selalu. Pengalaman pribadi naik Trans Semanggi Surabaya, pengguna QRIS untuk pembayaran sering menjadi pemicu ruwetnya proses naik penumpang.Â