Komplain mengenai pembayaran juga kerap terjadi. Tidak bisanya menggunakan pembayaran tunai seperti pada Suroboyo Bus dan Trans Semanggi juga kerap datang. Pun demikian dengan harga tiket yang dianggap mahal dan jauh di atas Trans Jakarta. Kadang, saya merasa seperti costumer service lantaran komentar channel You Tube saya dipenuhi oleh mereka yang komplain.
Walau demikian, saya merasa berbagai komentar yang masuk adalah semangat saya untuk membuat konten. Artinya, video saya ditonton dan menarik perhatian mereka sehingga komentar yang datang tidak sekadar hadir atau sebagai usaha untuk saling kunjung. Semakin banyaknya komentar yang masuk secara otomatis rekomendasi video dan fitur jelajah sebagai dua sumber trafik saya pun meningkat.
Kala saya melihat dari mana pengunjung channel You Tube saya berasal, kebanyakan dari dua sumber tersebut. Beberapa diantaranya datang dari rekomendasi beberapa channel besar yang khusus mengulas masalah transportasi. Makanya, selagi ada waktu, saya biasanya langsung membalas komentar mereka agar posisi video saya bisa lebih naik lagi. Saya mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, channel You Tube saya bisa lebih berkembang dan kedua, ada kepuasan batin setelah adanya diskusi yang masuk.
Dua hal itu sejatinya beriringan. Bagi saya, ketika membuat channel You Tube sebenarnya kita sedang berkomunikasi dua arah dengan para pemirsa. Sayang, hal ini kadang luput dari perhatian konten kreator meski tentu kualitas konten tetap nomer satu. Saya sepakat dengan salah satu You Tuber yang sudah pro mengenai dunia konten.
Sebenarnya, banyak ide konten yang bisa datang dari ruang diskusi yang masuk di kolom komentar. Ide tersebut banyak terbuang sia-sia karena kita kerap menganggap komentar hanya pemanis belaka. Sayang sekali bukan? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H