Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Malang Creative Festival, Ketika Penutupan Jalan Protokol Tak Sebanding dengan Dampak yang Dihasilkan

27 November 2022   07:50 Diperbarui: 27 November 2022   07:52 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada adagium bahwa jika hari Sabtu atau Malam Minggu lebih baik menghabiskan waktu di rumah saja.

Adagium ini juga berlaku di Kota Malang yang menjadi tradisi masyarakatnya sejak beberapa waktu terakhir. Macet dan ruwet. Itulah alasan utama yang menjadikan adagium tersebut semakin benar adanya. Seperti yang terjadi hari Sabtu (26/11/2022) kemarin.

Lantaran hari Sabtu menjadi hari libur sebagian orang, maka waktu tersebut digunakan untuk berkeliling kota atau menghadiri acara. Kebetulan, saat itu juga bertepatan dengan musim nikah. Banyak sekali acara pernikahan yang diselenggarakan. Ada yang di gedung dan ada yang menutup jalan.

Nah berbicara menutup jalan, apesnya kok ya kebetulan saat itu terjadi penutupan jalan utama di Kota Malang. Jalan yang ditutup bukan sekadar jalan pintas melainkan jalan penghubung utama warga. Jalan yang menjadi tumpuan warga untuk melintas, baik menuju ke arah Surabaya/utara maupun kea rah selatan.

Praktis, namanya jalan utama membuat warga kelimpungan. Jalan lain pun terkena macet imbas dari penutupan tersebut. Waktu tempuh yang sedianya bisa beberapa menit saja harus ditempuh lebih dari setengah jam. Otomatis, berbagai kegiatan yang semestinya bisa dilakukan menjadi terhambat. Kalau tidak terlambat ya pasti gagal.

Petugas parkir memberi aba-aba di sekitar pintu masuk dengan tarif parkir 3 ribu rupiah. Dokumen Pribadi
Petugas parkir memberi aba-aba di sekitar pintu masuk dengan tarif parkir 3 ribu rupiah. Dokumen Pribadi

Saya sendiri akhirnya gagal bertemu rekan di daerah Malang Utara pada siang hari karena kena macet setengah jam lebih. Saat akan kembali ke rumah, saya pun terkena macet lagi dan akhirnya waktu saya habis berada di jalan. Tak hanya saya, banyak orang yang merasa haknya terampas dengan adanya penutupan jalan tersebut.

Lantas, ada acara apa yang membuat jalan utama ditutup?

Ternyata, acara yang dimaksud adalah Malang Creativa Festival. Acara ini menggunakan badan Jalan Basuki Rahmad atau yang lebih dikenal dengan Kayutangan. Dari media sosial Pemerintah Kota Malang, acara ini dimaksudkan untuk mempertegas Malang sebagai kota kreatif dan mengakomodasi potensi kreatif lokal.

Dari paparan tersebut, mungkin yang ada di sebagian benak  masyarakat adalah pameran dengan banyak stand dan panggung. Lantas, mengapa tidak menggunakan tempat lain semisal lapangan besar atau tempat yang bisa digunakan tanpa menutup jalan? Rupanya, penonjolan kawasan Kayutangan yang baru saja dibangun menjadi kunci.

Daripada kecewa, akhirnya saya mencoba melihat seberapa meriah acara ini di petang hari. Rupanya saya salah perkiraan lagi. Acara ini ternyata sudah selesai sejak sore hari. Tepatnya pukul 4 sore. Saya pun kaget dan ternyata benar. Acara diakhiri jam 4 sore sehingga setelah itu hanya ada panggung saja hingga malam.

Susunan acara sampai sore. Dokumen Pribadi
Susunan acara sampai sore. Dokumen Pribadi

Tidak hanya saya, banyak pengunjung mengira bahwa acara ini akan berlangsung sampai malam hari. Mereka tak begitu tahu bahwa acara ini hanya sampai sore saja. Dan akhirnya, ketika saya berkeliling lokasi, tak begitu banyak yang saya dapat.

Stan-stan yang sudah mulai kosong. Kursi yang sudah tak teratur lagi. Beberapa bagian yang digunakan untuk pameran sudah ditutup terpal karena sudah hujan. Meski demikian, masih ada beberapa  penjual yang setia dengan menjajakan dagangan mereka. Beberapa ditemani oleh lampu templek untuk penerangan.

Beberapa barang mulai ditutup terpal agar tidak terkena hujan. Dokumen Pribadi
Beberapa barang mulai ditutup terpal agar tidak terkena hujan. Dokumen Pribadi

Saya pun akhirnya paham bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi ruang pagi pegiat usaha ekonomi kreatif. Makanya, saya melihat banyak stan kerajinan seperti topeng dan berbagai pernak-pernik khas Malangan yang dipamerkan. Beberapa diantaranya masih terjajar apik wakau ditemani cahaya remang-remang.

Namun, dengan banyaknya kekecewaan warga, ada beberapa catatan yang benar-benar harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota Malang agar acara ini tidak lagi menjadi cacian warga masyarakat.

Pertama, hindari penutupan jalan.

Saat ini masyarakat masih membutuhkan jalan yang lancar demi berbagai kegiatan. Setelah covid-19 melanda, banyak masyarakat yang ingin beraktivitas normal tanpa gangguan. Jalan yang lancar adalah keinginan warga masyarakat di akhir pekan.

Stan yang mulai ditinggalkan. Dokumen Pribadi
Stan yang mulai ditinggalkan. Dokumen Pribadi

Jika tetap menggunakan Kayu Tangan, maka gunakan bangunan atau tempat kosong yang masih ada. Kalau pun tidak ada, maka mau tak mau kegiatan ya harus dialihkan ke tempat lain yang tidak sampai menutup jalan. Jangan sampai banyak wisatawan gagal melakukan kegiatannya akibat penutupan jalan dibandingkan dengan dampak yang dirasakan oleh warga Kota Malang sendiri.

Kedua, optimalisasi gedung Malang Creative Center

Sorotan Sebagian warga Malang dengan penutupan jalan tersebut adalah belum optimalnya gedung Malang Creative Center (MCC). Gedung ini baru saja dibangun dan menghabiskan dana lebih dari 90 milyar rupiah. Padahal, gedung tersebut direncanakan sebagai ruang kreatif bagi masyarakat Malang yang ingin menyalurkan kreativitasnya. Mereka yang memiliki usaha ekonomi kreatif diharapkan mampu terwadahi dari gedung megah tersebut.

Bangku dan kursi yang sudah kosong. Dokumen Pribadi
Bangku dan kursi yang sudah kosong. Dokumen Pribadi

Lantas, jika ada gedung baru tersebut, mengapa harus tetap menutup jalan? Apa harus menunggu seremonial dulu untuk menggunakan gedung tersebut? Apa memang harus saklek menggunakan Kayu Tangan agar roh kreatifnya tetap ada?

Padahal, pembangunan gedung tersebut sudah rampung. Setiap kali saya melewati gedung di kawasan Blimbing ini, gedung masih kosong. Hanya lampunya saja yang dinyalakan. Belum tampak banyak aktivitas yang berarti di gedung megah tersebut.

Masih banyak warga yang mencari hiburan dan penasaran. Dokumen Pribadi
Masih banyak warga yang mencari hiburan dan penasaran. Dokumen Pribadi

Kalau acara tersebut dilakukan di gedung tersebut, maka akan terasa jauh lebih bermanfaat. Selain menghindari penutupan jalan, momen itu juga bisa digunakan sebagai awal penggunaan gedung yang pembangunannya juga menuai pro kontra. Paling tidak, masyarakat Malang memganggap bahwa uang rakyat yang digunakan tidak berakhir sia-sia. Mereka juga bisa melihat pameran dengan nyaman tanpa takut terkena hujan.

Ketiga, konsep acara yang tidak begitu jelas

Pemahaman ini saya tangkap dari beberapa orang yang datang ke lokasi acara. Dari perbincangan mereka, Sebagian besar mempertanyakan konsep acara tersebut. Apakah berupa pameran kreatif atau pameran Malang Tempo Dulu.

Kalau pameran kreatif, mengapa ada imbaun untuk mengenakan pakaian jadul selama acara? Jika ada imbauan tersebut, mengapa tidak dibuat sekalian dalam nuansa tempo dulu? Mengapa masih ada spot yang mempertunjukkan kreasi kekinian. Panggung acara misalnya yang begitu megah layaknya panggung konser masa kini.

Panggung utama yang cukup megah. Dokumen Pribadi
Panggung utama yang cukup megah. Dokumen Pribadi

Konsep acara yang nanggung inilah yang membuat warga bingung. Ini acara sebenarnya dibuat bagaimana?

Keempat, sosialisasi yang belum maksimal

Jujur, penutupan jalan yang dilakukan tidak diimbangi dengan sosialisasi maksimal kepada masyarakat. Contohnya saja mengenai waktu acara tadi yang masih banyak yang kecele. Tak hanya itu, banyak yang belum tahu mengenai urgensi dari acara ini sehingga mereka tak berkenan hadir.

Para 'pejabat cilik' yang masih berada di kursi kehormatan. Dokumen Pribadi
Para 'pejabat cilik' yang masih berada di kursi kehormatan. Dokumen Pribadi

Sosialisasi lebih banyak dilakukan melalui media sosial. Mereka yang kerap menggunakan media sosial akan lebih tahu mengenai acara ini. Namun, tetap saja dari pembicaraan warga Malang yang saya dengar, banyak yang bertanya-tanya ada apakah jalan di Kayu Tangan sampai ditutup. Mereka tidak ingin mengetahui lebih lanjut dan berfokus pada kegiatan lain semisal mengahdiri kondangan pernikahan.

Kelima, sedikitnya UMKM yang berperan

Dari paparan yang ada, saya menangkap maksud dari acara ini adalah sebagai pendongkrak usaha kreatif Malang. Jika begini, maka sektor UMKM lah yang harusnya lebih berperan. Ketika saya mengunjungi beberapa stan, bukan stan UMKM yang saya temui, tetapi stan-stan dari pemodal besar yang ada. Mulai hotel berbintang, restoran, dan stan milik brand besar.

Hanya sedikit UMKM yang berperan. Dokumen Pribadi
Hanya sedikit UMKM yang berperan. Dokumen Pribadi

Memang ada beberapa stan dari UMKM lokal tetapi jumlahnya tak begitu banyak. Sebagian besar sudah tutup saat saya datang ke sana. Inilah yang harus menjadi catatan jangan sampai nanti ada event lain yang tak memberikan ruang banyak bagi UMKM. Untuk apa membuat event sampai menutup jalan jika lebih banyak digunakan bagi para pemilik modal besar.

Diantara berbagai catatan tadi, memang harus diakui Pemkot Malang sangat ingin membuat Kayu Tangan dikenal. Berbagai daya dan upaya dilakukan agar Kayu Tangan bisa ramai dan menjadi dstinasi baru. Keinginan ini tidak salah karena saya melihat beberapa bangunan di Kayu Tangan yang semula mati kini hidup kembali.

Pedestrian Kayu Tangan yang baru selesai dibangun. Dokumen Pribadi
Pedestrian Kayu Tangan yang baru selesai dibangun. Dokumen Pribadi

Beberapa bangunan yang mati suri mulai bergeliat.
Beberapa bangunan yang mati suri mulai bergeliat.

Namun, jika keinginan itu tidak dilakukan dengan kajian matang, maka akibatnya akan merugikan masyarakat Malang sendiri. Kayu Tangan sudah memiliki ciri khas sendiri. Usaha Pemkot Malang untuk me-Malioboro-kan Kayu Tangan malah akan jadi bumerang. Tidak hanya itu, bagian Kota Malang tidak hanya di seputar Kayu Tangan. Daerah lain butuh penanganan terutama yang minim penerangan dan rawan begal. Yang jelas, jika ada acara besar lagi, usahakan tak menutup jalan agar tak banyak masyarakat yang merasa dirugikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun